Belajar dari Fidel Castro dan Kuba

Patria o muerti! tanah air atau mati. Kata yang sering di kumandangkan oleh tokoh revolusioner Kuba yaitu Fidel Alejandro Castro Ruz atau Fidel Castro. Pemimpin Revolusioner yang tidak pernah takut menyatakan perang terhadap imperalisme. Sejarah begitu jelas menjelaskan perjuangan Fidel Castro melawan dominasi Negara imperalisme Amerika Serikat kepada Negara kecil Kuba. Masa Kecil Fidel Castro berasal dari keluarga kaya dan pernah menjadi presiden Federasi Mahasiswa Hukum di Universitas Havana. Castro mengalami revolusi berfikir sejak mempelajari dua buku yaitu Das Kapital karya Marx dan novel karangan Ernest Hemingway, For Whom The Bell Tolls.

Karena pemerintahan Bastita terlalu diktator dan korup maka pada tahun 1963 Fidel Castro melakukan pemberontakan dengan melakukan gerakan revolusioner di Bantu oleh adik kandungnya Raul Castro dan sejumlah pejuang pemberontakan. Gagal melakukan pemberontakan dan diadili oleh pemerintah Kuba, Fidel Castro memberikan pledoi pemberontakan yang terkenal dan mengundang simpati banyak orang berjudul “History Will Absolve Me” (sejarah akan membebaskanku). Fidel akhirnya di vonis 15 tahun penjara namun hanya dalam 2 tahun pemerintah Batista memberikan amnesty akibat tekanan dari berbagai pihak soal tahanan politik.

Setelah bebas Fidel Castro bertemu dengan Ernesto “Che” Guevara, bersama Raul Castro dan 80 orang pemberontak lainnya mereka meninggalkan Kuba menuju Meksiko. Setelah menyusun kekuatan Fidel Castro melakukan pemberontakan kembali dan disambut tentara pemerintah Batista dengan kesiapan lebih matang dan berhasil mangalahkan pasukan Fidel Castro dan hanya tersisa 12 orang. Kemudian 12 orang termasuk Fidel Castro, Raul Castro, Che Guevara dan pemberontak lainnya melarikan diri di pegunungan Sierra Maestra. Di pegunungan ini para pemberontak tetap menyusun kekuatan bersama warga pegunungan untuk melakukan pemberontakan. Fidel Castro mengoperasikan “Radio Rebelde” sebagai alat propaganda dan membuat rakyat berbondong-bondong menjadi sukarela mendukung pemberontakan. Fidel Castro dan pasukan gerilya semakin kuat dan melancarkan serangan-serangan ke wilayah Kuba.

Fidel Castro akhirnya menang dan menjadi Presiden Kuba. Namun pemerintahan tidak berjalan mulus, banyak upaya yang dilakukan Amerika untuk menggulingkan pemerintahan Fidel Castro. Amerika melakukan embargo ekonomi terhadap Kuba, dan melatih para pelarian Kuba dengan cara militer untuk menggulingkan Pemerintahan Fidel Castro. CIA melatih 1200 pengungsi Kuba di Guatemala dan Florida. Pada april 1961 Amerika menyerang Kuba yang dikenal dengan Invasi Teluk Babi. Namun serangan itu dapat dipatahkan oleh Fidel Castro dan rakyatnya.

Pada hari Buruh 1 mei, Castro mengatakan bahwa Kuba adalah “Negara Sosialis” dan tanggal 2 Desember Castro mengatakan bahwa dirinya adalah “Marxis-Leninis.” Fidel Castro menjadi tokoh karismatik bagi Kuba. Castro melakukan reformasi agrarian, mendistribusikan tanah kepada petani-petani yang tidak memiliki lahan, Castro juga menasionalisasi perusahaan-perusahaan asing di Kuba, melaksanakan pendidikan gratis dan pelayanan kesehatan gratis untuk seluruh rakyat Kuba. Dalam Pendidikan Fidel Castro mampu membuktikan bahwa masyarakat bisa mendapatkan pendidikan gratis.

Sosialisme yang diterapkan Castro adalah Sosialisme yang benar-benar mengedepankan kepentingan rakyat. Castro telah mengubah 10.000 markas tentaranya menjadi sekolah-sekolah baru di kota-kota dan desa-desa. Data Statistik mereka menyebutkan mereka yang bersekolah melonjak 200 % di banding 20 tahun sebelumnya yang tidak ada perubahan dan stagnan dan semua itu di capai hanya dalam kurun waktu satu tahun. Pemerintah Kuba menurunkan pemuda-pemuda untuk terjun langsung keseluruh pelosok Kuba untuk mengajari rakyat Kuba membaca. Program ini mampu menekan angka buta huruf dari angka 25 % menjadi 3,9 %.

Slogan-slogan untuk membangkitkan semangat belajar seperti ”The people should teach the people” atau “ If you know, teach ; if you don’t know, learn!” bertebaran di lahan-lahan pertanian, perkebunan, pabrik-pabrik. Di Media massa Kuba sering tampil kalimat “Every Cuban a teacher; every house a school.” Komposisi jumlah Guru dan murid di Kuba menjadi fakta yang menarik. Tokoh “Che Guevara” sangat begitu menjadi inspirasi bagi generasi muda pelajar di Kuba. Sebelum pelajaran di mulai mereka biasa mengucapkan hymne lisan “Pioners por el comunimo, seremos come al Che” (Komunis sebagai pelopor, Kami ingin menjadi Che). Tiap satu Guru melayani 20 Murid. Di sekolah menengah 1 Guru melayani 15 murid. Jadi sangat mungkin Guru dan murid memiliki hubungan emosional yang terjaga. Guru di Kuba juga merupakan guru yang berkualitas. Mereka lulusan Universitas dan sering mendapat pelatihan yang berkualitas dan intens.

Bersama orangtua dan pegawai administrasi sekolah, mereka bekerjasama menyelesaikan setiap masalah pendidikan. Sejak tahun 2000 pemerintah Kuba memiliki program “University for all” yaitu Kuba memberi kesempatan kepada seluruh rakyat menempuh pendidikan universitas. Salah satu pendidikan melalui televisi di berikan oleh para Profesor. Ada sekitar 394 jam siar untuk program pendidikan tiap minggu atau sekitar 63 % dari total jumlah jam siar dari beberapa stasiun televisi di Kuba.

Kesehatan di Kuba juga mencapai prestasi yang menakjubkan. Angka kematian bayi di Kuba 5,8 per 1000 penduduk (di Indonesia 40 per 1000 penduduk). Usia harapan di Kuba mencapai angka 76 tahun sedangkan di Indonesia hanya mencapai angka 66 tahun. Jadi tidak heran jika Fidel Castro sampai hari ini masih hidup dan mencapai usia 84 tahun. Kuba sampai tahun 2003 memiliki 64 ribu dokter yang siap melayani sekitar 12 juta penduduk, berbeda jauh dengan Indonesia yang hanya memiliki 34 ribu dokter dan harus melayani 210 juta penduduk. Masing-masing keluarga di Kuba memiliki dokter khusus yang menangani kesehatan di anggota keluarga. Penyakit yang sering ada hanya influenza, asma, dan kardiovaskuler. Jarang penyakit TBC di temukan. Labolaturium Riset Kuba berhasil membuat sendiri reagen yang mampu mendeteksi penyakit mematikan seperti malairia. Kuba bahkan menyatakan sebagai Negara bebas malaria. Pusat pelayanan kesehatan masyarakat tersedia gratis dengan teknologi modern. Contoh rumah sakit Hermanis Almeijeras (RSHA) memiliki 900 tempat tidur, dilengkai dengan kamar mandi, televisi dan telepon. Di ujung ruangan terdapat ruang makan dan ruang santai bagi pasien yang bosan di rempat tidur.

Kuba juga tercatat sebagai Negara yang aktif membantu Negara-negara yang tertimpa bencana. Pidato SBY di sela-sela KTT Non-Blok September 2006 kepada Kuba saat membantu gempa di Yogyakarta. “Dalam waktu tiga bulan, kalian telah melakukan 773 operasi besar kepada korban cedera, 2.436 operasi ringan, membantu 34 kelahiran bayi tanpa kematian, dan imunisasi anti tetanus atas 10.000 orang, kalian juga memberi hadiah kepada Pemerintah Indonesia dua rumah sakit lapangan”. Indonesia memang harus perlu banyak belajar dari kemajuan dan kemandirian Kuba. Sikap tegas Fidel Castro menjadi contoh kekuatan dahsyat seorang pemimpin entah dengan ideologi apapun yang jelas Fidel Castro benar-benar cinta Negara Kuba dan Rakyat Kuba.

* Tulisan dibuat tahun 2009. Diterbitkan kembali untuk tujuan pendidikan.

Dharma Setyawan 

 

0 Response to "Belajar dari Fidel Castro dan Kuba"

Post a Comment