Keragaman dan Harmoni Sosial di Tanah Papua
Thursday, January 26, 2017
Add Comment
Assalamu alaikum warahmatullahi wabatakatuh, selamat pagi, dan salam sejahtera untuk kita semua
Bapak/ibu, Hadirin dan Hadirat yang Dimuliakan
Sebuah kehormatan bagi kami berdiri di hadapan kita semua dalam rangkaian wisuda sarjana STISIP Amal Ilmiah YAPIS Wamena. Sebuah kesempatan merefleksikan perjalanan singkat memasuki tahun ketujuh, sejak 2010 kami diberikan anugerah untuk menjelajahi Tanah Papua.
Bagi wisudawan dan wisudawati, kami sampaikan selamat. Begitu juga bapak/ibu orang tua wisudawan dan wisudawati, kami menyampaikan terima kasih atas kepercayaannya kepada STISIP Amal Ilmiah untuk menjadi pilihan tempat menimba pengetahuan dan melatih keterampilan.
Terkhusus kepada bapak Bupati Jayawijaya, atas segala dukungan, perhatian, dan bantuan, kami hanya bisa menyampaikan terima kasih. Hanya Yang Kuasa yang memiliki segalanya untuk membalas kebaikan Bapak beserta keluarga. Semoga Bapak dilimpahkan anugerah kesehatan dan keberkahan dalam memimpin wilayah Jayawijaya sebagai anugerah Tuhan YME.
Sebuah masjid memperluas lahan parkir dan gedung untuk taman kanak-kanak di kota Sorong, perluasan tersebut tidak akan pernah terjadi jikalau bukan karena kerelaan seorang pemeluk Protestan untuk menyumbangkan tanahnya bagi keperluan jamaah masjid.
Sementara, sebuah gereja di kota yang sama, juga berdiri megah karena tanahnya dilepaskan dari seorang Muslim. Kondisi ini terjadi di semua hamparan tanah Papua, tanah yang diberkati dengan keragaman dan juga persaudaraan yang tidak melihat pilihan agama.
Sementara di Sorong, Manokwari, Merauke, Bintuni, Jayapura, Aimas, dan Mawena sendiri, terbangun perguruan tinggi yang dikelola diantaranya oleh Yapis dan Muhammadiyah. Tidak secara ekslusif menerima muslim saja. Begitu juga, Bukit Zaitun, Santo Paulus, dan lembaga pendidikan tinggi yang dimiliki oleh YPK dan YPPK, tidak juga hanya menerima mahasiswa Protestan dan Katolik saja.
Semuanya bukan karena soal agama, tetapi alasan kemanusiaanlah sehingga kita mesti bersatu dalam urusan yang menjadi kepentingan manusia, diantaranya pendidikan.
Gambaran Tanah Papua, bukan lukisan, semuanya adalah anugerah Tuhan. Tugas dan tanggung jawab kita untuk memastikan agar keragaman yang menjadi fithroh kelahiran manusia dirawat dan dijadikan perekat antara kita semua.
Pendidikan tinggi, dalam hal ini akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas secara bersama-sama perlu mengintegrasikan tri dharma perguruan tinggi dalam mencermati harmoni sosial yang ada untuk dikelola menjadi produktifitas masyarakat.
Lingkungan kita, dalam hal ini masyarakat Papua dan seluruh dunia harus menjadi laboratorium hidup. Tempat belajar sekaligus menjadi sarana pengembangan keilmuan.
Perguruan tinggi adalah tempat dimana menjadi tumpuan akhir pendidikan kita. Semawenanya, ini untuk memparalelkan dengan kata seyogyanya, perguruan tinggi inilah yang menjadi sarana untuk menyemai segala harmoni yang merupakan kodrat kemanusiaan. YAPIS, YPK, dan YPPK, merupakan trisula pendidikan Tanah Papua.
Untuk itu, jalinan tiga lembaga ini perlu terus dipelihara untuk tetap menjadi pilar kemajuan tanah ini, Papua. Hanya dengan pengertian, kesepahaman, dan kemauan untuk hidup bersama menjadi kunci bagi kelangsungan kemanusiaan dan kehidupan kita.
Tanah Papua menjadi sebuah potret dimana semua bangsa dan agama dapat hidup berdampingan. Bersama-sama untuk saling bekerjasama, tak lain dan tak bukan demi kepentingan Indonesia Raya. Indonesia kita, bukan didirikan oleh satu golongan dan satu etnis saja.
Dengan demikian, maka tanggung jawab semuanya pula untuk mewariskan Indonesia kepada generasi mendatang. Mewariskan Indonesia, tentunya bukan untuk satu kelompok saja. Tahun ini, perayaan tahun ke-72 keindonesiaan kita. Tentunya, bukan hanya 72 tahun, tetapi 1000 tahun, bahkan lebih sepanjang usia mentari.
Kehadiran kita semua hari ini membuktikan, betapa masyarakat Jayawiya tetap menjadi garda bangsa untuk menghidupkan nilai-nilai keindonesiaan. Kampus STISIP Amal Ilmiah diwarnai dari pelbagai etnis dan suku.
Sementara kelangsungan pendidikan, tidak bisa hanya menjadi urusan kampus saja. Bapak Bupati Jayawijaya hadir disini sebagai bentuk dukungan pemerintah. Begitu juga, Bapak Ketua Kopertis 14 juga menjadi bukti keperluan akan adanya komunikasi kelembagaan.
Termasuk dukungan Badan Amil Zakat Daerah dalam penyediaan fasilitas gedung. Semuanya menyatu untuk tujuan yang sama, mewujudkan dan menyediakan keperluan pendidikan.
Akhirnya, terima kasih atas kehormatan ini. Kesempatan ini akan menjadi ingatan tulus kami semoga kesempatan berada di Wamena kali pertama bukan terakhir kalinya.
Sekali lagi, selamat kepada wisudawan dan wisudawati, ini adalah awal untuk belajar dalam kehidupan yang merupakan universitas kehidupan, dimana Tuhan menjadi dosennya, masyarakat adalah kelasnya, dan tutornya adalah setiap individu.
Mohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan.
Billahi Taufik Wal Hidayah
Sekian, wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, dan salam sejahtera untuk kita semua.
Ismail Suardi Wekke (Scientific Committee Southeast Asia Academic Mobility)
*Diterbitkan ulang dari www.makassarterkini.com (26/01/2017) untuk tujuan pendidikan.
Bapak/ibu, Hadirin dan Hadirat yang Dimuliakan
Sebuah kehormatan bagi kami berdiri di hadapan kita semua dalam rangkaian wisuda sarjana STISIP Amal Ilmiah YAPIS Wamena. Sebuah kesempatan merefleksikan perjalanan singkat memasuki tahun ketujuh, sejak 2010 kami diberikan anugerah untuk menjelajahi Tanah Papua.
Bagi wisudawan dan wisudawati, kami sampaikan selamat. Begitu juga bapak/ibu orang tua wisudawan dan wisudawati, kami menyampaikan terima kasih atas kepercayaannya kepada STISIP Amal Ilmiah untuk menjadi pilihan tempat menimba pengetahuan dan melatih keterampilan.
Terkhusus kepada bapak Bupati Jayawijaya, atas segala dukungan, perhatian, dan bantuan, kami hanya bisa menyampaikan terima kasih. Hanya Yang Kuasa yang memiliki segalanya untuk membalas kebaikan Bapak beserta keluarga. Semoga Bapak dilimpahkan anugerah kesehatan dan keberkahan dalam memimpin wilayah Jayawijaya sebagai anugerah Tuhan YME.
Sebuah masjid memperluas lahan parkir dan gedung untuk taman kanak-kanak di kota Sorong, perluasan tersebut tidak akan pernah terjadi jikalau bukan karena kerelaan seorang pemeluk Protestan untuk menyumbangkan tanahnya bagi keperluan jamaah masjid.
Sementara, sebuah gereja di kota yang sama, juga berdiri megah karena tanahnya dilepaskan dari seorang Muslim. Kondisi ini terjadi di semua hamparan tanah Papua, tanah yang diberkati dengan keragaman dan juga persaudaraan yang tidak melihat pilihan agama.
Sementara di Sorong, Manokwari, Merauke, Bintuni, Jayapura, Aimas, dan Mawena sendiri, terbangun perguruan tinggi yang dikelola diantaranya oleh Yapis dan Muhammadiyah. Tidak secara ekslusif menerima muslim saja. Begitu juga, Bukit Zaitun, Santo Paulus, dan lembaga pendidikan tinggi yang dimiliki oleh YPK dan YPPK, tidak juga hanya menerima mahasiswa Protestan dan Katolik saja.
Semuanya bukan karena soal agama, tetapi alasan kemanusiaanlah sehingga kita mesti bersatu dalam urusan yang menjadi kepentingan manusia, diantaranya pendidikan.
Gambaran Tanah Papua, bukan lukisan, semuanya adalah anugerah Tuhan. Tugas dan tanggung jawab kita untuk memastikan agar keragaman yang menjadi fithroh kelahiran manusia dirawat dan dijadikan perekat antara kita semua.
Pendidikan tinggi, dalam hal ini akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas secara bersama-sama perlu mengintegrasikan tri dharma perguruan tinggi dalam mencermati harmoni sosial yang ada untuk dikelola menjadi produktifitas masyarakat.
Lingkungan kita, dalam hal ini masyarakat Papua dan seluruh dunia harus menjadi laboratorium hidup. Tempat belajar sekaligus menjadi sarana pengembangan keilmuan.
Perguruan tinggi adalah tempat dimana menjadi tumpuan akhir pendidikan kita. Semawenanya, ini untuk memparalelkan dengan kata seyogyanya, perguruan tinggi inilah yang menjadi sarana untuk menyemai segala harmoni yang merupakan kodrat kemanusiaan. YAPIS, YPK, dan YPPK, merupakan trisula pendidikan Tanah Papua.
Untuk itu, jalinan tiga lembaga ini perlu terus dipelihara untuk tetap menjadi pilar kemajuan tanah ini, Papua. Hanya dengan pengertian, kesepahaman, dan kemauan untuk hidup bersama menjadi kunci bagi kelangsungan kemanusiaan dan kehidupan kita.
Tanah Papua menjadi sebuah potret dimana semua bangsa dan agama dapat hidup berdampingan. Bersama-sama untuk saling bekerjasama, tak lain dan tak bukan demi kepentingan Indonesia Raya. Indonesia kita, bukan didirikan oleh satu golongan dan satu etnis saja.
Dengan demikian, maka tanggung jawab semuanya pula untuk mewariskan Indonesia kepada generasi mendatang. Mewariskan Indonesia, tentunya bukan untuk satu kelompok saja. Tahun ini, perayaan tahun ke-72 keindonesiaan kita. Tentunya, bukan hanya 72 tahun, tetapi 1000 tahun, bahkan lebih sepanjang usia mentari.
Kehadiran kita semua hari ini membuktikan, betapa masyarakat Jayawiya tetap menjadi garda bangsa untuk menghidupkan nilai-nilai keindonesiaan. Kampus STISIP Amal Ilmiah diwarnai dari pelbagai etnis dan suku.
Sementara kelangsungan pendidikan, tidak bisa hanya menjadi urusan kampus saja. Bapak Bupati Jayawijaya hadir disini sebagai bentuk dukungan pemerintah. Begitu juga, Bapak Ketua Kopertis 14 juga menjadi bukti keperluan akan adanya komunikasi kelembagaan.
Termasuk dukungan Badan Amil Zakat Daerah dalam penyediaan fasilitas gedung. Semuanya menyatu untuk tujuan yang sama, mewujudkan dan menyediakan keperluan pendidikan.
Akhirnya, terima kasih atas kehormatan ini. Kesempatan ini akan menjadi ingatan tulus kami semoga kesempatan berada di Wamena kali pertama bukan terakhir kalinya.
Sekali lagi, selamat kepada wisudawan dan wisudawati, ini adalah awal untuk belajar dalam kehidupan yang merupakan universitas kehidupan, dimana Tuhan menjadi dosennya, masyarakat adalah kelasnya, dan tutornya adalah setiap individu.
Mohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan.
Billahi Taufik Wal Hidayah
Sekian, wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, dan salam sejahtera untuk kita semua.
Ismail Suardi Wekke (Scientific Committee Southeast Asia Academic Mobility)
*Diterbitkan ulang dari www.makassarterkini.com (26/01/2017) untuk tujuan pendidikan.
0 Response to "Keragaman dan Harmoni Sosial di Tanah Papua"
Post a Comment