Sikap Moderasi Beragama Dalam Ajaran Islam

 

Memaknai Moderasi

Kata moderasi berasal dari Bahasa Latin moderâtio, yang berarti ke­sedang­an (tidak kelebihan dan tidak kekurangan).

 

Sedangkan dalam bahasa Arab, moderasi dikenal dengan kata wasath atau wasathiyah, yang memiliki padanan makna dengan kata tawassuth (tengah­tengah), i’tidal (adil), dan tawazun (berimbang).

 

Orang yang menerapkan prinsip wasathiyah bisa disebut wasith. Dalam bahasa Arab pula, kata wasathiyah diartikan sebagai “pilihan terbaik”.  Apa pun kata yang dipakai, semuanya menyiratkan satu makna yang sama, yakni adil, yang dalam konteks ini berarti memilih posisi jalan tengah di antara berbagai pilihan ekstrem.

 

Kata wasith bahkan sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata 'wasit' yang memiliki tiga pengertian, yaitu:

1) penengah, perantara (misalnya dalam perdagangan, bisnis);

2) pelerai (pemisah, pendamai) antara yang berselisih;

3) pemimpin di pertandingan.

 

Menurut para pakar bahasa Arab, kata wasath itu juga memiliki arti “segala yang baik sesuai dengan objeknya”. Misalnya, kata “dermawan”, yang berarti sikap di antara kikir dan boros, atau kata “pemberani”, yang berarti sikap di antara penakut (al-jubn) dan nekad (tahawur), dan masih

banyak lagi contoh lainnya dalam bahasa Arab.

 

Adapun lawan kata moderasi adalah berlebihan, atau tatharruf dalam bahasa Arab, yang mengandung makna extreme, radical, dan excessive dalam bahasa Inggris. Kata extreme juga bisa berarti “berbuat keterlaluan, pergi dari ujung ke ujung, berbalik memutar, mengambil tindakan/ jalan yang sebaliknya”.

 

Dalam KBBI, kata ekstrem didefinisikan sebagai “paling ujung, paling tinggi, dan paling keras”.

Dalam bahasa Arab, setidaknya ada dua kata yang maknanya sama dengan kata extreme, yaitu al-guluw, dan tasyaddud.

 

Prinsip Dasar Moderasi : Adil dan Berimbang

Salah satu prinsip dasar dalam moderasi beragama adalah selalu menjaga keseimbangan di antara dua hal, misalnya keseimbangan antara akal dan wahyu, antara jasmani dan rohani, antara hak dan kewajiban, antara kepentingan individual dan kemaslahatan komunal, antara keharusan dan

kesukarelaan, antara teks agama dan ijtihad tokoh agama, antara gagasan ideal dan kenyataan, serta keseimbangan antara masa lalu dan masa depan.

 

Begitulah, inti dari moderasi beragama adalah adil dan berimbang dalam memandang, menyikapi, dan mempraktikkan semua permasalahan di atas.

 

Perlu diketahui, kata wasath juga biasa digunakan oleh orang­orang Arab untuk menunjukkan arti khiyar (pilihan atau terpilih). Jika dikatakan, “ia adalah orang yang wasath”, berarti ia

adalah orang yang terpilih di antara kaumnya.

 

Jadi, sebutan umat Islam sebagai ummatan wasathan itu adalah sebuah harapan agar mereka bisa tampil menjadi umat pilihan yang selalu bersikap menengahi atau adil. Baik dalam beribadah sebagai individu maupun dalam berinteraksi sosial sebagai anggota masyarakat, Islam mengajarkan untuk selalu bersikap moderat.

 

Ajaran ini begitu sentral dalam dua sumber utama ajaran Islam, Alquran dan hadis Nabi. Salah

satu ayat misalnya mengatakan:
Al-Baqarah ayat 143:



Perhatikan terjemah “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu “umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu”.

 

Dalam Kitab Tafsir Al-Misbah karya Quraisy Shihab dijelaskan bahwa posisi pertengahan menjadikan manusia tidak memihak ke kiri dan ke kanan, suatu hal di mana dapat mengantar manusia berlaku adil. Posisi pertengahan menjadikan seseorang dapat dilihat oleh siapa pun dalam penjuru yang berbeda, dan ketika itu ia dapat menjadi teladan bagi semua pihak. Posisi itu juga menjadikannya dapat menyaksikan siapa pun dan di mana pun.

 

Penggalan ayat di atas yang menyatakan, agar kamu wahai umat Islam menjadi saksi atas perbuatan manusia, dipahami juga dalam arti bahwa kaum muslimin akan menjadi saksi di masa datang atas baik buruknya pandangan dan kelakuan manusia.

 

Pada akhirnya ummatan wasathan inilah yang akan dijadikan rujukan dan saksi tentang kebenaran dan kekeliruan padangan serta berbagai isme yang berlebihan.


Ajaran Islam Terkait Sikap Moderat 

Beberapa hal ajaran Islam yang menampakkan sikap moderat:

  1. Beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya
  2. Dermawan (Antara Kikir dan Boros)
  3. Sunnah Berjamaah (Antara Egoisme dan Altruisme)
  4. Fastabiqul Khairat (Antara Cinta Dunia dan Benci Dunia)
  5.  Qanaah (Antara Hanya Menunggu Rizki dengan Kerja Total Cari Rizki)
  6. Menikah (Antara Kebiri dan Zina)
  7. Jual Beli (Antara Meminta-minta dan Riba)



0 Response to "Sikap Moderasi Beragama Dalam Ajaran Islam"

Post a Comment