Tunarungu Juga Berhak Ngaji

Tak banyak orang yang memiliki kepedulian begitu besar terhadap anak tunarungu. Perlu ketekunan dan ketelatenan, mengajarkan bicara kepada anak tunarungu harus diulang-ulang dan dengan perbedaan akuistik yang baik. Terapis harus mulai dari apa yang dipahami dan bermakna pada anak-anak tersebut. Bahasa dan berpikir dibina bersama kemudian dikembangkan dalam bahasa lisan, disesuaikan dengan cara berkomunikasi.

Salah satu yang peduli dan memiliki ketekunan itu adalah M. Gusnur Wahid, meski menghabiskan waktu yang tidak sebentar, menyelami dan hidup bersama anak-anak tunarungu, dengan telaten Gusnur mengajari mereka mengaji dan akhirnya menemukan cara yang efektif untuk untuk memudahkan mereka paham membaca huruf-huruf Al-Quran.

Pengalaman belajar bersama anak tunarungu itulah yang akhirnya melahirkan buku Pedoman Pembelajaran Iqro’ Untuk Anak Tunarungu ini. Buku ini seolah hendak menegaskan bahwa tidak ada alasan untuk tidak belajar dan mengajarkan Al Qur’an kepada siapapun termasuk kepada anak tunarungu, Anak Tunarungu Juga Berhak Ngaji.

Dimulai dengan mengenalkan pengertian, penyebab, karakteristik, klasifikasi dan kelemahan anak tunarungu (hal. 1–11), penulis buku ini hendak menyampaikan pesan bahwa sebelum mengajarkan dan mengikuti pedoman pembelajaran Iqro’ penting terlebih dahulu untuk mengerti dan mengenal dunia anak-anak tunarungu.

Penulis dalam buku ini berusaha meyakinkan bahwa sesungguhnya setiap anak adalah istimewa dan memiliki potensi terpendam yang harusdigali dan dimaksikmalkan kemampuannya, walaupun dia dilahirkan dalamkeadaan kekurangan, termasuk anak tunarungu. Dengan mengetahui karakteristik, klasifikasi, kekurangan dan keistimewaan anak tunarungu sejakdini, orangtua dan guru dapat memaksimalkan stimulasi dan latihan yangdiberikan kepada anak sesuai dengan kebutuhannya.

Begitupun halnya, saat penulis buku ini menjelaskan bagaimana pola gerak sebagai tumpuan utama dalam pembelajaran anak tunarungu (hal. 12), termasuk bagaimana pendekatan yang harus dilakukan agar pembelajaran mudah diterima oleh anak tunarungu.

Anak tunarungu adalah yang cacat dengar maupun kurang dengar. Dalamkehidupan sehari-hari, anak tunarungu sama seperti anak normal pada umumnya, memerlukan perhatian dan pujian, perbedaannya mereka memiliki hambatan dalam berkomunikasi dengan orang lain, di sinilah mereka juga harus didekati secara berbeda dan khusus.Selain itu, anak tunarungu mengalami hambatan dalam memahami bahasa verbal,sehingga mereka perlu dilatih dan diajar berulang-ulang dengan penuh kesabaran dan ketekunan.

Buku ini dilengkapi dengan gambar-gambar sebagai panduan pengucapan huruf-huruf hijaiyah (hal. 58-70) dan bagian akhir secara praktis diberikan pedoman pembelajaran Iqro’ dari Jilid 1 hingga Jilid 6.

Buku menjadi sangat penting untuk dibaca dan dimiliki oleh setiap orang yang memiliki interest terhadap dunia pendidikan dan dakwah, sehingga sasaran dakwah dan pendidikan tidak hanya tertuju kepada orang-orang yang memang memiliki kemudahan untuk membaca dan memahami ajaran Islam, terutama belajar Al Qur’an. Selain itu, keberadaan buku ini menjadi sangat berharga untuk menjadi pegangan dan panduan untuk menjalankan tugas-tugas sosial dan kemanusiaan.

Dan, mungkin satu-satunya yang menjadi kekurangan buku ini adalah tidak adanya Buku Iqra’ khusus untuk anak tunarungu, dan menjadi tugas bersama untuk kembali memikirkannya, sehingga menjadi lebih utuh dan sempurna, sebagai pasangan paket ilmu pengetahuan.

Jadi, jika selama ini banyak orang yang mengajarkan Iqro’ kepada anak-anak normal, baik pendengaran, penglihatan atau verbal, maka dimulai dengan membaca buku ini berpikir dan membangun kepedulian untuk mengajarkan bahwa mereka yang memiliki kebutuhan khusus itu juga berhak ngaji.

 

Peresensi : Rahmatul Ummah (Pembaca Buku, Tinggal di Kota Metro)

 

Data Buku :

Judul                           : Pedoman Pembelajaran Iqro’ Untuk Anak Tunarungu

Penulis                        : M. Gusnur Wahid

Penerbit                     : Sai Wawai Publishing, April 2016

Jumlah Halaman        : 111+xviii halaman

 

0 Response to "Tunarungu Juga Berhak Ngaji"

Post a Comment