Abu Ayyub Al-Anshari: Penjamu Rasul Dan Penginspirasi Al-Fatih
Tuesday, October 3, 2017
Add Comment
Abu Ayyub al-Anshari
radhiallahu ‘anhu adalah sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari
kalangan Anshar. Namanya adalah Khalid bin Zaid bin Kulaib bin Malik bin an-Najjar.
Ia dikenal dengan nama dan kun-yahnya. Ibunya adalah Hindun binti Said bin Amr
dari Bani al-Harits bin al-Khazraj. Ia adalah generasi awal memeluk Islam dari
kalangan sahabat.
Abu Ayyub meriwayatkan
hadits langsung dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Ubay bin Ka’ab
al-Anshari radhiallahu ‘anhu. Sementara sahabat-sahabat yang meriwayatkan
hadits darinya adalah al-Barra bin Azib, Zaid bin Khalid, al-Miqdam bin Ma’di
Karib, Abdullah bin Abbas, Jabir bin Samrah, Anas bin Malik, dll. Dan banyak tabi’in
meriwayatkan hadits darinya.
Di antara yang
menunjukkan Abu Ayyub adalah orang yang pertama-tama memeluk Islam adalah ia
turut serta dalam Baiat Aqabah. Dengan demikian, ia memeluk Islam sebelum Nabi
hijrah ke Madinah. Ia juga turut serta dalam Perang Badar dan perang-perang
setelahnya. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau
tinggal di rumahnya hingga membangun rumah sendiri dan menyelesaikan
pembangunan masjid.
Pengaruh Didikan
Rasulullah Pada Abu Ayyub
Abdullah bin Abbas
menceritakan suatu hari Abu Bakar keluar di siang hari. Saat matahari sedang
panas-panasnya. Umar melihat Abu Bakar, kemudian ia bertanya, “Apa yang
menyebabkanmu keluar di jam-jam seperti ini Abu Bakar?” “Tidak ada alasan lain
yang membuatku keluar (rumah), kecuali aku merasa sangat lapar”, jawab Abu
Bakar. Umar menanggapi, “Aku pun demikian -demi Allah- tidak ada alasan lain
yang membuatku keluar kecuali itu.”
Saat keduanya dalam
keadaan demikian Rasulullah keluar dan menghampiri keduanya. Beliau bersabda,
“Apa yang menyebabkan kalian keluar pada waktu seperti ini?” Keduanya
mengatakan, “Tidak ada yang menyebabkan kami keluar kecuali apa yang kami
rasakan di perut kami. Kami merasa sangat lapar.” Kemudian Rasulullah bersabda,
“Aku juga -demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya- tidak ada hal lain yang
membuatku keluar kecuali itu. Ayo berangkat bersamaku.”
Ketiganya pun beranjak.
Mereka menuju rumah Abu Ayyub al-Anshari
Setiap hari, Abu Ayyub
senantiasa menyediakan makanan untuk Rasulullah. Jika istri-istri beliau tidak
punya sesuatu untuk dimakan, beliau biasa ke rumah Abu Ayyub. Ketika ketiganya
sampai di rumah Abu Ayyub, istri Abu Ayyub, Ummu Ayyub, mengatakan, “Selamat
datang Nabi Allah dan orang-orang yang bersama Anda”. Rasulullah bertanya,
“Dimana Abu Ayyub?” Abu Ayyub yang sedang bekerja di kebun kurma mendengar
suara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia bersegera menuju rumahnya dan
mengatakan, “Marhaban untuk Rasulullah dan orang-orang yang bersamanya.
Abu Ayyub berkata, “Wahai
Rasulullah, waktu ini bukanlah waktu kebiasaan Anda datang ke sini.” “Benar,”
jawab Rasulullah.
Abu Ayyub segera
memetikkan beberapa tangkai kurma kering, kurma basah, dan kurma muda. Kemudian
menawarkannya kepada Rasulullah, “Rasulullah, makanlah ini. Aku juga akan
menyembelihkan hewan untukmu,” kata Abu Ayyub. “Kalau engkau mau menyembelih,
jangan sembelih yang memiliki susu,” kata Rasulullah.
Abu Ayyub kemudian
menghidangkan masakannya. Rasulullah mengambil sepotong daging dan
meletakkannya pada roti. Kemudian beliau meminta Abu Ayyub, “Wahai Abu Ayyub,
tolong antarkan ini untuk Fatimah karena telah lama ia tidak makan yang seperti
ini.”
Setelah kenyang, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Roti, daging, kurma kering, kurma
basah, dan kurma muda.” Beliau menitikkan air mata. Kemudian bersabda, “Demi
Dzat yang jiwaku di tangan-Nya. Ini adalah kenikmatan, yang nanti akan
ditanyakan di hari kiamat.”
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dikenal sebagai orang yang senantiasa membalas kebaikan orang
lain. Usai menyantap jamuan itu, Rasulullah berkata kepada Abu Ayyub, “Temuilah
aku besok.” Keesokan harinya, beliau memberikan seorang anak perempuan untuk
membantu-bantu di rumah Abu Ayyub. “Berbuat baiklah engkau padanya,” pesan
Rasulullah kepada Abu Ayyub.
Abu Ayyub kembali ke
rumahnya. Menemui istrinya dengan membawa budak perempuan itu. “Anak perempuan
ini diberikan Rasulullah untuk kita. Beliau mewasiatkan agar kita berbuat baik
dan memuliakannya.” Istrinya bertanya, “Kebaikan apa yang akan kau lakukan
untuk menunaikan wasiat Rasulullah itu?” “Yang paling utama adalah
membebaskannya dengan mengharapkan pahala dari Allah”, kata Abu Ayyub.
Demikian kehidupan
sehari-hari Abu Ayyub. Lalu bagaimana keadaannya dalam kondisi perang?
Seorang Mujahid
Nabi mengatakan ini tahun 627, namun baru terbukti pada tahun
1453. Sekian abad setelahnya. Apa kaitannya dengan Abu Ayyub? Begitu Nabi
mengatakan hadits ini, hampir seluruh para sahabat saat mendengar Nabi
menyiapkan bala tentara untuk menyerang Romawi semua ikut. Tujuannya apa? Agar
termasuk dalam hadits ini, berharap Romawi takluk dan pada saat itu mereka
masuk dalam pasukan tersebut. Kalau tidak sebagai pemimpin pasukan (amir) ya
sebagai pasukan (jais). Dan ini dijamin
masuk surga.
Nabi
wafat Konstantin belum takluk, tentara Usamah tidak sampai kesana. Zaman Abu
Bakar menyiapkan tentara lagi, semua sahabat daftar belum berhasil menaklukkan
Konstantinopel, Di zaman Umar menyerang lagi, tapi juga belum berhasil. Semua
khalifah di semua abad pasti menyiapkan bala tentara untuk menaklukkan
Konstantinopel. Namun seluruhnya belum berhasil.
Semua
sahabat ikut dengan semangat sama, agar termasuk dalam hadits ini. Nah
salah satu nya adalah sahabat Abu Ayyub al Anshari ini, beliau juga ikut dalam
semua pertempuran dan kalau yang sudah pernah ke Istambul. Bagi yang sudah
berkunjung ke istambul, makam/kuburannya sahabat Abu Ayyub Al Anshari tidak
jauh/hampir berdekatan dengan dinding/tembok Konstantinopel. Di sebelahnya ada
masjid Sulthan Ayyub.
Jadi
kalau ada pertanyaan siapakah sahabat Nabi yang kuburannya di Eropa? Jawabannya
Abu Ayub Al Anshari. Memang pada zaman beliau wafat belum berhasil menaklukkan
Konstantinopel, meskipun sudah menyerang benteng dan berada di dekatnya.
Ada
satu peristiwa di mana saat benteng itu di kepung berhari hari, ada usulan
salah satunya : intelegensiamuda.blogspot.com Kita akan bisa masuk ke benteng
itu dengan senjata manjaniq (alat
pelontar), namun pelurunya jangan peluru mati, harus manusia, sehingga saat
sudah terlontarkan masuk, bisa mendobrak pintu benteng, dan pasukan bisa masuk.
Hanya itu cara agar kita bisa masuk. Hanya masalahnya sopo wonge (siapa
orangnya) yang mau dipakai sebagai peluru hidup. intelegensiamuda.blogspot.com
Saat
itulah Abu Ayyub ngacung (unjuk
jari) sayalah orangnya. Para sahabat yang lain mengingatkan bab usia beliau, saat itu umur Abu Ayyub
mencapai 80 tahun. Apa kata beliau, intelegensiamuda.blogspot.com Setidak tidaknya
kalaupun nanti saya dilempar dan tidak sampai kesana, setidak tidaknya saya
sudah memberi contoh kepada anak anak muda inilah jihad itu. intelegensiamuda.blogspot.com
Kelak
pada saat penaklukan Konstantinopel oleh Muhammad Al Fatih dan sempat mengalami
kebuntuan maka Sosok Abu Ayyub Al Anshary ini menjadi penggugah Semangat
sehingga muncullah strategi Luar Biasa yang kemudian mengantarkan pada
kemenangan Spectakuler. Bahwa yang tua tidak akan pernah surut dalam jihad ini.
Jadi
kalau kita bicara tentang tarbiyatul aulad, itu ya tarbiyah kita dulu
bagaimana. Kenek diconto opo ora (bisa
dicontoh atau tidak?). Tarbiyah bapaknya, tarbiyah ibunya diperbaiki dulu, baru
kemudian itu bisa dijadikan contoh. Sumber inspirasi bagi anak anak kita untuk
aktif di dalam tarbiyah ini.
Meriwayatkan Hadits
Di antara hadits-hadits
yang diriwayatkan Abu Ayyub al-Anshari dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah:
Diriwayatkan oleh
az-Zuhri, dari Atha bin Yazid al-Laitsi, dari Abu Ayyub al-Anshari, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا أَتَى أَحَدُكُمُ الْغَائِطَ فَلاَ
يَسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ وَلاَ يُوَلِّهَا ظَهْرَهُ ، شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا
“Jika kalian hendak buang hajat, maka janganlah menghadap kiblat, jangan pula membelakanginya akan tetapi hadaplah timur dan barat.”
Dari al-Barra bin Azib, dari Abu Ayyub al-Anshari radhiallahu ‘anhuma, ia berkata,
خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم بعدما غربت الشمس. فسمع صوتا. فقال “يهود تعذب في قبورها”.
“Jika kalian hendak buang hajat, maka janganlah menghadap kiblat, jangan pula membelakanginya akan tetapi hadaplah timur dan barat.”
Dari al-Barra bin Azib, dari Abu Ayyub al-Anshari radhiallahu ‘anhuma, ia berkata,
خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم بعدما غربت الشمس. فسمع صوتا. فقال “يهود تعذب في قبورها”.
“(Satu saat), Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar setelah tenggelam matahari; beliau
mendengar suara,lalu bersabda, “(Mereka itu adalah orang-orang) Yahudi yang
disiksa di dalam kubur mereka”
Dari Ibnu Syihab, dari Atha bin Yazid al-Laitsi, dari Abu Ayyub al-Anshari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Dari Ibnu Syihab, dari Atha bin Yazid al-Laitsi, dari Abu Ayyub al-Anshari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ
ثَلاَثٍ ، يَلْتَقِيَانِ فَيَصُدُّ هَذَا ، وَيَصُدُّ هَذَا ، وَخَيْرُهُمَا
الَّذِى يَبْدَأُ بِالسَّلاَمِ
”Tidak halal bagi seorang muslim memboikot saudaranya lebih dari tiga hari. Jika bertemu, keduanya saling cuek. Yang terbaik di antara keduanya adalah yang memulai mengucapkan salam.”
”Tidak halal bagi seorang muslim memboikot saudaranya lebih dari tiga hari. Jika bertemu, keduanya saling cuek. Yang terbaik di antara keduanya adalah yang memulai mengucapkan salam.”
Wafat
Abu Ayyub mengisi
hidupnya dengan jihad di jalan Allah. Perang terakhir yang ia ikuti adalah saat
Muawiyah menyiapkan pasukan di bawah kepemimpinan anaknya, Yazid, untuk menaklukkan
Konstantinopel. Saat itu, Abu Ayyub telah menginjak usia 80-an tahun. Tapi
tidak membuat ia gengsi untuk berada di bawah kepemimpinan anak muda yang
bernama Yazid. Di usia yang senja itu, beliau tetap bersemangat mengarungi
lautan menggapai pahala jihad.
Baru saja menginjakkan
kaki di sedikit wilayah musuh, ia jatuh sakit. Sehingga tak dapat turut serta
lagi dalam peperangan. Yazid menjenguknya dan bertanya, ”Apakah Anda memiliki
keinginan?”
”Sampaikan salamku kepada pasukan kaum muslimin. Katakan pada mereka tempuhlah wilayah musuh sejauh mungkin dan bawa jasadku bersama kalian. Agar kalian menguburkannya di bawah kaki kalian di sisi benteng konstantinopel.” Kemudian ia menghembuskan nafasnya yang terakhir.
”Sampaikan salamku kepada pasukan kaum muslimin. Katakan pada mereka tempuhlah wilayah musuh sejauh mungkin dan bawa jasadku bersama kalian. Agar kalian menguburkannya di bawah kaki kalian di sisi benteng konstantinopel.” Kemudian ia menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Dari Said bin Abdul
Aziz, dari al-Walid, ia berkata, ”Muawiyah menyiapkan anaknya memimpin pasukan
perang 55 H. Sebuah pasukan untuk berperang di laut dan darat. Hingga mereka
menembus Teluk. Dan berperang dengan pasukan Konstantinopel di pintu bentengnya
dan menguasainya.
Dari al-Ashma’i, dari ayahnya,
bahwa Abu Ayyub dimakamkan di dinding benteng Konstantinopel. Di pagi harinya,
orang-orang Romawi berkata, “Wahai orang-orang Arab, (kami melihat) terjadi
sesuatu pada kalian semalam.” Mereka menjawab, “Telah wafat salah seorang
sahabat senior dari Nabi kami.”
al-Waqidi mengatakan,
“Abu Ayyub wafat pada tahun 52 H. Yazid mengimami shalat jenazahnya. Ia
dimakamkan di sisi benteng Konstantinopel. Sungguh sampai kabar kepadaku bahwa
orang-orang Romawi mencari makamnya. Kemudian meminta hujan dengan perantaranya.”
Khalifah mengatakan,
“Abu Ayyub wafat pada tahun 50 H.” Sedangkan Yahya bin Bakri berpedapat Abu
Ayyub wafat tahun 52 H. Artinya, sejarawan berbeda pendapat tentang tahun
wafatnya Abu Ayyub.
0 Response to "Abu Ayyub Al-Anshari: Penjamu Rasul Dan Penginspirasi Al-Fatih"
Post a Comment