Kedudukan Sebuah Ideologi
Wednesday, February 8, 2017
Add Comment
Ada yang mengatakan zaman sekarang ialah the and of ideology (matinya ideologi). Statement yang menarik yang perlu direnungkan akan makna ideologi yang dimaksud pada perbincangan intelektual modern, bahwa zaman sekarang semua perbincangan keilmuan bertujuan pada suatu objektifikasi semata sehingga peran seorang ilmuan dan intelektual berakhir pada pengamat akan sebuah permasalahan. Pertanyaan apa masalah dalam ideologi? Mampukah manusia hidup tanpa ideologi ? serta dimana kedudukan ideologi tersebut?
Ideologi berasal dari kata ide (gagasan) dan logi (ilmu), secara singkat dapat diartikan ilmu mengenai gagasan. Gagasan – gagasan tersebut mempunyai ilmu, gagasan tidak berdiri sendiri secara mutlak hadir begitu saja pada benak manusia melainkan gagasan memiliki sisi objektif yakni ilmu (ilmiah-rasional) sehingga dalam satu ideologi yang dijalankan mempunyai daya kritis pengikutnya (ideologi progresif), jadi ideologi ialah bentuk kesadaran intelektual manusia. Peran ideologi membawa gagasan-gagasan yang terbentuk untuk merealitas maka ideologi sebagai kesadaran manusia yang tercapai secara intelektual termasuk hal yang pasti. jika ideologi ialah hal yang pasti bagaimana mendudukan ideologi? Apabila diperhatikan dalam ideologi terkandung gagasan manusia maka ideologi tertentu berkaitan dan selaras dengan jiwa manusia bukan sebaliknya.
Pertanyaan – pertanyaan manusia, asal dan tujuan penciptaan, mau kemana dan melalui apa, bagaimana pasca hidup ini sebagai suatu gagasan harus terjawab melalui ideologi yang dipilihnya. Artinya ideologi sebagai sebuah praktis teori terbangun dalam pikiran individu – individu yang terbebas dari ikatan – ikatan suku, agama, bangsa tertentu bahwa gagasan yang dibangun dan dicapai termasuk suatu pembebasan manusia sejak pertama kali. (membunuh dogmatis). sehingga pada akhirnya ideologi itu sendiri ialah kebebasan
Dalam hal ini, terindikasi bahwa ideologi memiliki pandangan dunia (gagasan), tapi pada bangunan intelektualnya sejak pertama kali, pandangan berkaitan dengan ideologi manusia tertentu terpisah secara total. bahwa tidak secara otomatis menarik suatu pandangan berkaitan dengan ideologi misalnya banyak orang mempelajari marxisme, komunisme, islam sebagai pandangan hidupnya tapi pada praktek dia tidak menjadikan komunisme, islam menjadi ideologi. Kita harus bedakan teoritis dengan realitas dari sesuatu. Disini memunculkan pertanyaan kedua diatas? Secara defakto manusia bisa berideologi tanpa harus filosofis/gagasan (non epistemik) dan terbukti bahwa ideologi punya bahasa sendiri yang terlepas dari bahasa manusia serta persepsi manusia. Menunjukan ideologi memiliki daya tarik yang kuat bagi semua tingkatan persepsi manusia misalnya dalam satu ideologi (islam) tertentu orang – orang didalamnya memiliki pandangan terhadap ideologi tersebut berbeda – beda ada yang mengatakan islam itu cinta, ada perang, ada diam saja dan masih banyak lagi begitu juga pada ideologi –ideologi yang lain.
Tentu ideologi memiliki pandangan/gagasan manusia tapi yang perlu saya tegaskan ideologi terbentuk bukan berdasar dari pandangan dunia. Melainkan manusia menemukan pandangan/epistemiknya pada ideologi tersebut, kenapa ideologi terpisah dengan gagasan manusia sejak awal? Jika tidak terpisah maka ideologi ialah suatu kontruksi manusia, idealisnya manusia, klaim manusia sehingga ideologi dipertuhankan seperti yang ada sekarang membela agama.
Pencapaian –pencapaian individu mengenai gagasan manusia, masyarakat dan sejarah terklarifikasi pada sebuah ideologi yang selaras dengannya, artinya pengetahuan/gagasan manusia berfungsi pada batas mengkontruksi nalar masyarakat, sejarah dan manusia tapi tidaklah pandangan itu membuat manusia yakin pada dirinya akan gagasan tersebut melainkan ideologi yang meyakinkan pandangan hasil kontruksi manusia. Sederhananya ideologilah yang membuat manusia yakin akan dirinya (manusia, masyarakat, sejarahnya). Bahwa keyakinan manusia terhadap pandangan hidupnya bisa teryakinkan apabila individu tersebut melakukan pemilihan pada ideologi tertentu dengan kesadarannya. Disinilah arti penting kelogisan manusia sehingga manusia tanpa ideologi berarti mengarahkan individu pada jurang skeptisisme dan absurditas seperti digaungkan pada saat sekarang MATINYA IDEOLOGI. Jadi menurut saya statement tersebut hanyalah slogan politik bukan intelektual. Dalam hal ini memfinising gagasan dalam bentuk ideologi berubah menjadi pernyataan ideologilah yang melindungi manusia, menjaga manusia serta mengorientasikan manusia.
Sehingga terjawablah kedudukan ideologi ialah diluar diri manusia tapi tak terpisah dengan manusia bahwa manusia hanya mengkonstruksi segala yang ada untuk mencari partikularitas keyakinan akan kontruksi tersebut. Pada indikasi tersebut muncul dua hal penting yang harus dibedakan yang selalu mengaburkan kedudukan ideologi yakni pernyataan untuk membuat ideologi dan mencari ideologi. Dari paparan saya mengafirmasi ideologi ialah sesuatu yang dicari manusia berdasarkan kontruksi akan kediriannya, sosialnya serta masyarakatnya jadi pencarian itulah bermakna ada ideologi yang universal dapat menampung segala bentuk tingkatan persepsi manusia (apa itu, silahkan mengidentifikasi) . Serta pada saat bersamaan menegasikan akan makna membangun ideologi artinya ideologi yang dibangun berdasarkan manusia tertentu bukan keseluruhan sehingga ideologi demikian tidak bisa bersifat menyeluruh dan mengarah pada bentuk dominasi seperti marxisme, sosialisme dan komunisme, sekiranya ada statement mengatakan apakah marxisme ialah ideologi universal, dengan senang hati saya menjawabnya tidak, isme yang demikian hanyalah ideologi komunitas tertentu. Saya setuju pada sisi jika marxisme sebagai ideologi bangsa tertentu bukan ideologi umat manusia. bahwa ideologi bangsa dan komunitas tertentu dibangun diatas pondasi universal dengan segala komponen pandangan hidup suatu masyarakat tertentu.
Dengan demikian pada zaman sekarang bukan ideologi yang membuat masalah kemanusiaan melainkan pandangan manusia (masyarakat, alam dan sejarah) yang tidak memiliki ideologilah itu masalahnya, jadi bahasa sederhananya sekarang matinya konsep bukan matinya ideologi. jika ideologi berada diluar diri manusia (ideologi untuk semua/progresif) namun tidak terpisah dengan manusia, maka tugas manusia ialah membangun suatu pandangan hidupnya yang terpisah secara total dengan kaitan-kaitan fanatisme dan lokalisme hingga pada puncak kesadaran bahwa ada pandangan disisi individu mengenai diri, masyarakat dan sejarahnya serta diluar dirinya (ideologi) berkaitan dengan pandangan individu terkait sesuatu. maka bangunlah pengetahuan agar kita sadar untuk memilih suatu acuan progresifitas individu dalam kehidupan. inilah yang disebut Syariati RAUSYANFIKR. Wallahu alam.[]
Fadlun Sangaji
Ideologi berasal dari kata ide (gagasan) dan logi (ilmu), secara singkat dapat diartikan ilmu mengenai gagasan. Gagasan – gagasan tersebut mempunyai ilmu, gagasan tidak berdiri sendiri secara mutlak hadir begitu saja pada benak manusia melainkan gagasan memiliki sisi objektif yakni ilmu (ilmiah-rasional) sehingga dalam satu ideologi yang dijalankan mempunyai daya kritis pengikutnya (ideologi progresif), jadi ideologi ialah bentuk kesadaran intelektual manusia. Peran ideologi membawa gagasan-gagasan yang terbentuk untuk merealitas maka ideologi sebagai kesadaran manusia yang tercapai secara intelektual termasuk hal yang pasti. jika ideologi ialah hal yang pasti bagaimana mendudukan ideologi? Apabila diperhatikan dalam ideologi terkandung gagasan manusia maka ideologi tertentu berkaitan dan selaras dengan jiwa manusia bukan sebaliknya.
Pertanyaan – pertanyaan manusia, asal dan tujuan penciptaan, mau kemana dan melalui apa, bagaimana pasca hidup ini sebagai suatu gagasan harus terjawab melalui ideologi yang dipilihnya. Artinya ideologi sebagai sebuah praktis teori terbangun dalam pikiran individu – individu yang terbebas dari ikatan – ikatan suku, agama, bangsa tertentu bahwa gagasan yang dibangun dan dicapai termasuk suatu pembebasan manusia sejak pertama kali. (membunuh dogmatis). sehingga pada akhirnya ideologi itu sendiri ialah kebebasan
Dalam hal ini, terindikasi bahwa ideologi memiliki pandangan dunia (gagasan), tapi pada bangunan intelektualnya sejak pertama kali, pandangan berkaitan dengan ideologi manusia tertentu terpisah secara total. bahwa tidak secara otomatis menarik suatu pandangan berkaitan dengan ideologi misalnya banyak orang mempelajari marxisme, komunisme, islam sebagai pandangan hidupnya tapi pada praktek dia tidak menjadikan komunisme, islam menjadi ideologi. Kita harus bedakan teoritis dengan realitas dari sesuatu. Disini memunculkan pertanyaan kedua diatas? Secara defakto manusia bisa berideologi tanpa harus filosofis/gagasan (non epistemik) dan terbukti bahwa ideologi punya bahasa sendiri yang terlepas dari bahasa manusia serta persepsi manusia. Menunjukan ideologi memiliki daya tarik yang kuat bagi semua tingkatan persepsi manusia misalnya dalam satu ideologi (islam) tertentu orang – orang didalamnya memiliki pandangan terhadap ideologi tersebut berbeda – beda ada yang mengatakan islam itu cinta, ada perang, ada diam saja dan masih banyak lagi begitu juga pada ideologi –ideologi yang lain.
Tentu ideologi memiliki pandangan/gagasan manusia tapi yang perlu saya tegaskan ideologi terbentuk bukan berdasar dari pandangan dunia. Melainkan manusia menemukan pandangan/epistemiknya pada ideologi tersebut, kenapa ideologi terpisah dengan gagasan manusia sejak awal? Jika tidak terpisah maka ideologi ialah suatu kontruksi manusia, idealisnya manusia, klaim manusia sehingga ideologi dipertuhankan seperti yang ada sekarang membela agama.
Pencapaian –pencapaian individu mengenai gagasan manusia, masyarakat dan sejarah terklarifikasi pada sebuah ideologi yang selaras dengannya, artinya pengetahuan/gagasan manusia berfungsi pada batas mengkontruksi nalar masyarakat, sejarah dan manusia tapi tidaklah pandangan itu membuat manusia yakin pada dirinya akan gagasan tersebut melainkan ideologi yang meyakinkan pandangan hasil kontruksi manusia. Sederhananya ideologilah yang membuat manusia yakin akan dirinya (manusia, masyarakat, sejarahnya). Bahwa keyakinan manusia terhadap pandangan hidupnya bisa teryakinkan apabila individu tersebut melakukan pemilihan pada ideologi tertentu dengan kesadarannya. Disinilah arti penting kelogisan manusia sehingga manusia tanpa ideologi berarti mengarahkan individu pada jurang skeptisisme dan absurditas seperti digaungkan pada saat sekarang MATINYA IDEOLOGI. Jadi menurut saya statement tersebut hanyalah slogan politik bukan intelektual. Dalam hal ini memfinising gagasan dalam bentuk ideologi berubah menjadi pernyataan ideologilah yang melindungi manusia, menjaga manusia serta mengorientasikan manusia.
Sehingga terjawablah kedudukan ideologi ialah diluar diri manusia tapi tak terpisah dengan manusia bahwa manusia hanya mengkonstruksi segala yang ada untuk mencari partikularitas keyakinan akan kontruksi tersebut. Pada indikasi tersebut muncul dua hal penting yang harus dibedakan yang selalu mengaburkan kedudukan ideologi yakni pernyataan untuk membuat ideologi dan mencari ideologi. Dari paparan saya mengafirmasi ideologi ialah sesuatu yang dicari manusia berdasarkan kontruksi akan kediriannya, sosialnya serta masyarakatnya jadi pencarian itulah bermakna ada ideologi yang universal dapat menampung segala bentuk tingkatan persepsi manusia (apa itu, silahkan mengidentifikasi) . Serta pada saat bersamaan menegasikan akan makna membangun ideologi artinya ideologi yang dibangun berdasarkan manusia tertentu bukan keseluruhan sehingga ideologi demikian tidak bisa bersifat menyeluruh dan mengarah pada bentuk dominasi seperti marxisme, sosialisme dan komunisme, sekiranya ada statement mengatakan apakah marxisme ialah ideologi universal, dengan senang hati saya menjawabnya tidak, isme yang demikian hanyalah ideologi komunitas tertentu. Saya setuju pada sisi jika marxisme sebagai ideologi bangsa tertentu bukan ideologi umat manusia. bahwa ideologi bangsa dan komunitas tertentu dibangun diatas pondasi universal dengan segala komponen pandangan hidup suatu masyarakat tertentu.
Dengan demikian pada zaman sekarang bukan ideologi yang membuat masalah kemanusiaan melainkan pandangan manusia (masyarakat, alam dan sejarah) yang tidak memiliki ideologilah itu masalahnya, jadi bahasa sederhananya sekarang matinya konsep bukan matinya ideologi. jika ideologi berada diluar diri manusia (ideologi untuk semua/progresif) namun tidak terpisah dengan manusia, maka tugas manusia ialah membangun suatu pandangan hidupnya yang terpisah secara total dengan kaitan-kaitan fanatisme dan lokalisme hingga pada puncak kesadaran bahwa ada pandangan disisi individu mengenai diri, masyarakat dan sejarahnya serta diluar dirinya (ideologi) berkaitan dengan pandangan individu terkait sesuatu. maka bangunlah pengetahuan agar kita sadar untuk memilih suatu acuan progresifitas individu dalam kehidupan. inilah yang disebut Syariati RAUSYANFIKR. Wallahu alam.[]
Fadlun Sangaji
0 Response to "Kedudukan Sebuah Ideologi"
Post a Comment