Snouck
Friday, February 10, 2017
Add Comment
Seratus enam puluh tahun lalu, 8 Februari 1857, lahir Christiaan Snouck Hurgronje. Nama yang bagi sebagian masyarakat Belanda jadi kebanggaan. Nama yang bagi kalangan pengkaji timur (orientalis) sosok kontroversi tapi berandil hadirkan terobosan metode bekerja di lapangan. Nama yang bagi rakyat Hindia Belanda lebih dikenang sebagai simbol perusakan. Dulu dan kini karena cara kerjanya ditiru sesiapa saja yang ingin memakai.
Snouck adalah keseriusan bekerja. Tempuh ribuan kilometer memasuki Jeddah dan Mekah. Berislam ia tempuh. Bukan sekadar lisan tapi juga amalan. Bahwa kemudian ia pernah bertulis surat pada rekan orientalis tentang yang diperbuatnya sebagai "izharu'l Islam", itu soal pelik yang bikin kesal. Berislam di lisan dan dalam kasatmata banyak orang. Ia pun rengkuh sapaan "mufti Jawa" hingga "Syeikhul Islam Hindia Belanda". Dua gadis Sunda anak penghulu pun tak ragu dilepas orangtuanya sebagai pendamping di sini.
Snouck adalah kepintaran mencerna ilmu. Sayang, semuanya demi kerja ilmiah tanpa penghayatan. Ianya berislam tapi hatinya tak hendak tunduk pasrah. Itu yang ditulisnya pada Ignas Goldziher dan Theodor Noldeke. Kalau Islam saja ia mainkan, apatah lagi anak dan istri Bumiputra. Ia bantah kabar pernikahan dan salahkan koran yang menyiarkan. Semata demi keselamatan karier. Ia memang begitu cinta pada kerja keilmuan meski itu semua robohkan rasa kemanusiaan. Dan tak heran bila anaknya pun di sini dilarang memakai nama Snouck Hurgronje.
Snouck Hurgronje adalah tentang kesungguhan berkarya. Seturut itu, kebaikan yang dicipta diselubungi kepura-puraan dan penipuan. Ilmiah dan kerja politik bercampur buat. Benar dan dusta biasa berliwat.
Rupanya, 160 kemudian di sini, banyak pribumi hayati metode bekerja Snouck Hurgronje. Agama dipakai sebagai komoditas. Agama dipolitisasi buat kekuasaan. Agama dipakai buat menganyam orang lain. Agama di waktu lain malah jadi senjata diri buat melegitimasi.
Di Batavia 1906, seorang Arab berkata sebagai ucap pisah Snouck yang hendak balik ke kampungnya, "Jika Tuan bicara, gemetarlah benua-benua. Pada kata Tuan, bungkamlah samudra-samudra!" Kawan, adakah sanjungan senada hari ini para pendusta tapi dianggap hormat mulia serupa diterima Christiaan Snouck Hurgronje?[]
Yusuf Maulana
*Rujukan bacaan dan foto: P.SJ. Van Koningsvelad (1989), "Snouck Hurgronje dan Islam"
Snouck adalah keseriusan bekerja. Tempuh ribuan kilometer memasuki Jeddah dan Mekah. Berislam ia tempuh. Bukan sekadar lisan tapi juga amalan. Bahwa kemudian ia pernah bertulis surat pada rekan orientalis tentang yang diperbuatnya sebagai "izharu'l Islam", itu soal pelik yang bikin kesal. Berislam di lisan dan dalam kasatmata banyak orang. Ia pun rengkuh sapaan "mufti Jawa" hingga "Syeikhul Islam Hindia Belanda". Dua gadis Sunda anak penghulu pun tak ragu dilepas orangtuanya sebagai pendamping di sini.
Snouck adalah kepintaran mencerna ilmu. Sayang, semuanya demi kerja ilmiah tanpa penghayatan. Ianya berislam tapi hatinya tak hendak tunduk pasrah. Itu yang ditulisnya pada Ignas Goldziher dan Theodor Noldeke. Kalau Islam saja ia mainkan, apatah lagi anak dan istri Bumiputra. Ia bantah kabar pernikahan dan salahkan koran yang menyiarkan. Semata demi keselamatan karier. Ia memang begitu cinta pada kerja keilmuan meski itu semua robohkan rasa kemanusiaan. Dan tak heran bila anaknya pun di sini dilarang memakai nama Snouck Hurgronje.
Snouck Hurgronje adalah tentang kesungguhan berkarya. Seturut itu, kebaikan yang dicipta diselubungi kepura-puraan dan penipuan. Ilmiah dan kerja politik bercampur buat. Benar dan dusta biasa berliwat.
Rupanya, 160 kemudian di sini, banyak pribumi hayati metode bekerja Snouck Hurgronje. Agama dipakai sebagai komoditas. Agama dipolitisasi buat kekuasaan. Agama dipakai buat menganyam orang lain. Agama di waktu lain malah jadi senjata diri buat melegitimasi.
Di Batavia 1906, seorang Arab berkata sebagai ucap pisah Snouck yang hendak balik ke kampungnya, "Jika Tuan bicara, gemetarlah benua-benua. Pada kata Tuan, bungkamlah samudra-samudra!" Kawan, adakah sanjungan senada hari ini para pendusta tapi dianggap hormat mulia serupa diterima Christiaan Snouck Hurgronje?[]
Yusuf Maulana
*Rujukan bacaan dan foto: P.SJ. Van Koningsvelad (1989), "Snouck Hurgronje dan Islam"
0 Response to "Snouck"
Post a Comment