Ayo Ronda, Lamtim Berdaya dan Ekonomi Kreatif

Gagasan Kepala Daerah di Provinsi Lampung memang minim inovasi jika dibanding dengan kepemimpinan di Jawa. Bagi Kepala Daerah yang sudah membuka diri terhadap kamajuan daerah lain, upaya replikasi tetap membutuhkan usaha keras dengan melibatkan sosialisasi ke warga menuju partisipasi pembangunan. Maka demokrasi menjadi absurd, saat partisipasi pembangunan terjadi kegagalan akibat mental kepemimpinan yang tidak menampung gagasan-gagasan warga. Demokrasi prosedural menjadi kambing hitam seiring banyak orang memperbincangkan ketidakmampuan pemimpin mendaratkan ide dan gagasan. Jargon awal kampanye menjadi narasi langit yang sulit diterjemahkan. Apalagi mengandalkan tim sukses yang hanya bermental Event Organizer (EO) dan menguras energi padat modal dari sang calon. Biasanya EO ini hanya mengurusi kampanye dari panggung ke panggung yang jelas membutuhkan modal berlipat-lipat. Diantaranya bagi–bagi mobil, motor, sepeda dan segudang perabotan rumah tangga lainnya. Sayangnya di provinsi Lampung, kampanye pembodohan seperti ini masih laku keras diikuti oleh para kelas menengah sampai lapisan terbawah.



Selayaknya Gubernur mendatang bukanlah orang yang hanya bermodal uang. Tapi sosok Gubernur memiliki rekam jejak memimpin salah satu kabupaten atau kota. Kenapa hal ini penting agar kepemimpinan Lampung memiliki rekam jejak dan mengerti kondisi dan kendala kepemimpinan kabupaten yang kemudian wajib didukung oleh Sang Gubernur terpilih. Keberhasilan Bupati adalah bagian dari keberhasilan dukungan Gubernur. Gagasan dan inovasi kepemimpinan Bupati dan Walikota sangat penting dalam mendorong demokrasi bukan sebatas prosedur, tapi demokrasi menemukan muaranya yaitu partisipasi malampaui kotak suara. Demokrasi bertahap menyadarkan warga untuk terlibat aktif dalam pembangunan dan mulai melakukan penghargaan terhadap gagasan yang muncul dari warga.



Walaupun program mereka memang belum sempurna, penulis mencoba mengulas upaya dua Bupati yang mencoba menggerakkan warga untuk terlibat aktif dalam partisipasi dan  inovasi. Di Lampung upaya ini coba dilakukan oleh dua Bupati yaitu pertama, Mustofa di Lampung Tengah dengan gerakan Ayo Ronda. Kedua, Chusnunia di Lampung Timur dengan gerakan Lamtim Berdaya. Penulis tidak mengetahui persis apakah mereka juga memiliki tim branding media dari luar provinsi. Jikapun demikian sebaiknya tim branding juga melibatkan anak-anak muda kreatif yang berasal dari daerah kabupaten masing-masing. Hal ini adalah bagian dari memberdayakan potensi anak-anak muda lokal yang memiliki kemampuan digital marketing di era tekhnologi seperti sekarang ini. Kedua wilayah tersebut yaitu Lampung Tengah dan Lampung Timur tentu saja memiliki persoalan infrastruktur jalan yang tidak dapat diselesaikan dengan anggaran yang jelas terbatas. Lampung Timur dan Lampung Tengah sangat tidak mungkin membangun jalan mulus dalam waktu 5 tahun dengan anggaran APBD. Para pengamat ekonomi dan politik di Provinsi ini tentu sepakat dengan kondisi yang terjadi. Sejak awal janji kampanye yang seolah akan direalisasikan semua memang pemanis dalam pilkada. Namun di luar itu birokrasi harus bergerak, visi bupati harus direalisasikan tahap demi tahap.



Pertama, membahas kepemimpinan Mustofa yang berusaha membangkitkan kesadaran warga melalui gerakan “Ayo Ronda.” Dengan kondisi wilayah yang luas dan memiliki tingkat kerawanan kriminalitas tinggi. Mustofa menggerakkan warga dengan mengajaknya untuk saling bergotong royong. “Ayo Ronda” dikenalkan Mustofa dengan sering berkunjung ke desa-desa dan menyediakan fasilitas ronda.  Beberapa desa ada yang tiap gardu diberi fasilitas televisi dan biaya perawatan bangunan. Dibantu dana desa dari pusat, Lampung Tengah juga mengadakan fasilitas lampu jalan yang cukup massif. Selain itu Mustofa juga dibantu Komunitas Pambers (Paguyuban Masyarakat Bersatu) yang dengan inisiatif mandiri mereka menggunakan alat Handy Talky untuk menjaga soliditas warga dari bahaya maling, rampok hingga begal.



Jika Mustofa konsisten dengan gerakannya ini, gerakan “Ayo Ronda” dapat direplikasi ke seluruh penduduk Lampung dan dapat membuat keamanan Lampung lebih baik dengan kunci membangkitkan partisipasi warga. Jamak kita ketahui, kriminalitas di Lampung terus meningkat dan kejahatan tersebut sampai pada kenekatan membunuh korban. Pambers yang selama ini membantu pengamanan di Lampung Tengah selayaknya terus dirangkul oleh Mustofa dan secara bertahap diberikan dukungan. “Ayo Ronda” dengan Handy Talky salah satunya menyatukan soliditas warga dengan membuat mereka berjejaring antar kecamatan. Saling menjaga keamanan dan mengawasi setiap hal yang mencurigakan dan siap siaga sebelum terjadi tindakan pencurian atau pembegalan. Jika Handy Talky menjadi pemersatu warga, maka secara tidak langsung pemolisian masyarakat yang dicanangkan Kepolisian Republik Indonesia juga sukses terbangun. Modal keamanan menjadi hal utama sebelum membangun sektor lainnya.



Kedua, gerakan Lamtim Berdaya oleh Chusnunia Chalim. Walaupun belum terlihat hasilnya secara signifikan. Upaya Bupati wanita pertama di Lampung Timur ini perlu mendapatkan perhatian dari warga Lampung. Nunik panggilan akrab Chusnunia berusaha membangkitkan pariwisata Lampung Timur dengan mengadakan berbagai macam festival. Doktor alumni University of Malaya ini juga melakukan kampanye ajakan untuk berkunjung ke Lampung Timur.  Kiprah kedua bupati di atas memang terkendala oleh kemampuan sumber daya manusia. Lampung Tengah dan Lampung Timur adalah daerah yang memiliki jumlah penduduk signifikan namun dengan segudang persoalan. Jika persoalan jalan menjadi keluhan warga, saya kira itu juga terjadi di kabupaten lainnya. Di Instagram, Chusnunia telah banyak belajar dengan Bupati Azwar Anas yang terbukti sukses membangun Banyuwangi dengan konsep Festival Budaya dan Pariwisata Alam. Banyuwangi sukses mendatangkan turis dari nasional dan internasional. Chusnunia pun sudah beberapa kali diundang di luar negeri untuk berbicara di forum Internasional dan sekaligus mengundang penduduk manca Negara untuk berkunjung ke Lampung Timur. Upaya ini tentu saja tidak mudah jika tidak didukung oleh fasilitas infrastruktur dan transportasi yang layak.



Ekonomi Kreatif



Banyak hal yang bisa dilakukan untuk melihat kabupaten di Lampung lebih baik. Mengandalkan tim sukses yang kelak berburu proyek hanya akan menambah daftar ratusan Bupati yang tertangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Di era teknologi informasi seperti ini bupati harus pintar-pintar melibatkan berbagai komunitas dengan biaya murah tapi dapat mengenalkan potensi kabupaten agar dilihat oleh warga dunia. Tentu saja ini juga membangkitkan ekonomi kreatif di daerah yang ingin mengurangi eksploitasi sumber daya alam. Pengembangan ekonomi kreatif diantaranya Video, Design Grafis, Fotografer, Kerajinan, Arsitektur Lokal, Kuliner, Transportasi, Teknologi melalui aplikasi online, Home Stay Online dan lain sebagainya. Hal ini berdasarkan pengembangan ekonomi kreatif yang menyatukan potensi budaya lokal, teknologi dan kreatifitas.



Gagasan kedua Bupati Mustofa dan Chusnunia jika didukung oleh Digital Marketing yang mumpuni tentu akan membangun nilai tambah. Pengenalan potensi lokal masing-masing daerah yang melibakan para relawan digital ini akan berdampak signifikan dalam memotong jarak komunikasi dengan warga. Sejauh ini Chusnunia aktif dalam media sosial, Mustofa juga memiliki beberapa akun media sosial yang dikelola para relawan. Namun keduanya perlu meningkatkan persebaran gagasan di media sosial ke anak muda. Contoh yang sangat murah adalah menggerakkan para fotografer dan video maker untuk meliput potensi kerajinan atau tempat wisata yang ada di kedua kabupaten. Dengan menggerakkan para fotografer dan video maker ini, mereka dapat menghasilkan gambar dan video yang menarik dan tentu akan mereka unggah di media sosial. Pelan namun pasti, upaya ini akan menarik kaum muda berwisata dan para peminat kerajinan akan berkunjung ke wilayah tersebut. Chusnunia sudah melakukan upaya ini, lihat saja di akun instagram semua dinas-dinas di Lampung Timur hidup. Tapi saya pribadi belum melihat ini dilakukan oleh Mustofa, semoga saja usahanya ingin menjadi Gubernur juga dibarengi slogan 'kece' yang sesunggunya, bahwa kreatif di media sosial itu murah dan mudah.

Kita mengingat kenapa Ridwan Kamil (RK) banyak membuka stand-stand barang kreatif Bandung ke berbagai manca negara? Bandung memang tidak memiliki pantai-pantai yang indah, tapi RK sadar Bandung memiliki gudangnya pemuda kreatif yang lihai memproduksi fashion, barang kreatif dan produk digital.  Fashion contohnya akan berdampak pada peningkatan pendapatan kuliner dan juga hotel-hotel. Selain itu RK juga telah banyak membangun taman-taman seperti taman Jomblo, taman Lansia, taman Film dan lainnya. Hal ini dilakukan RK untuk menjadikan warga Bandung dapat bercengkrama dengan keluarga di kota yang penuh kemacetan. Sejatinya Bandung gagal mengurai kemacetan, tapi RK tidak kehilangan akal untuk mendukung ekonomi kreatif warganya dan berusaha membuat warga Bandung bahagia.  Selanjutnya terserah Mustofa dan Chusnunia akan tergiur popularitas atau terus berupaya mengembangkan inovasi dan parsipasi warga. Lanjutkan Ayo Ronda dan Lamtim Berdaya!

Penulis :Dharma Setyawan (Dosen IAIN Metro Lampung)

0 Response to "Ayo Ronda, Lamtim Berdaya dan Ekonomi Kreatif"

Post a Comment