Bagaimana Memahami Politisi?

Politisi dimanapun dan dengan embel-embel apapun selalu sama dan untuk memahaminya anda hanya perlu mengetahui bahwa narasi dasar politik adalah campur baur kepentingan. Jadi jangan pernah mutlak-mutlakan ketika melihat kelakuan SEBAGIAN BESAR politisi apalagi sampai mengasah golok dan mengkafir-kafirkan orang lain.

Percaya aja kawan, semua politisi itu akan senang pada waktunya dan mereka segera mendapat segala bagiannya lewat kemenangan atau bahkan lewat bargain tertentu ketika dia kalah oleh pesaingnya. Yang tersisa adalah? Dosa anda ketika anda mengkafir-kafirkan orang lain karena perbedaan pendapat dalam politik. Jadi enggak perlu mengkhawatirkan Iman orang lain, khawatirkan saja iman anda sendiri.

Anda nggak usah bingung kenapa Partai Nasdem yang dimaki-maki rakyat Jawa Barat sebagai Partai Pembela Penista Agama tiba-tiba bisa beraliansi dengan PKS di Pilkada Lampung (hehe). Atau misalnya anda cinta kepada Hari Tanoe dengan segala langkahnya mengecam Jokowi lewat saluran TV-nya yang manapun itu, ya udah bela aja tapi enggak usah pake mutlak-mutlakan segala, karena nanti anda sendiri yang pening ketika melihat Harry Tanoe tiba-tiba deklarasi mendukung Jokowi, Fahri Hamzah tiba-tiba jadi baek, tangannya ngapurancang dan wajahnya tertunduk didepan Jokowi, Baktiar Nasir menjadi juru dakwah nasionalisme dan tinggal kita tunggu Habib Riziek nanti akan bersikap seperti apa. Dugaan saya, dia akan tetap ambil jarak dengan Jokowi namun dengan artikulasi yang jauh sekali berubah (Kawan, anda mungkin keki dengan Habib Riziek tapi dia bukanlah orang yang akan mendemo kepolisian dengan Longmarch melintasi Jakarta untuk membela Hari Tanoe. Enggak sejauh itu lah dia)

Kalau di Luar negeri, Turki-Qatar dan Arab Saudi adalah trio sekawan yang mengacak-acak Suriah dengan alasan memerangi kebathilan di Suriah. Tapi percayalah kawan, enggak ada hak dan bathil dalam hal ini yang diperjuangkan kecuali rebutan gas bumi. Maka kalau anda liat Qatar udah baek sama Suriah, Rusia dan Iran itu bukan karena kebatilan sudah lenyap dari muka bumi tapi karena konsesi gas sudah diperolah lewat Total Oil dan Rosneft/Glencore. itu artinya Levant Basin sudah bukan masalah besar dan North Dome/South Pars akan segera dieksplorasi sama-sama.

Kalau anda liat Suriah sudah baek sama Turki bahkan kemarin sudah bergandengan tangan, bukan karena Bashar Al Assad sudah berhenti meminta dirinya disembah dan mendadak jadi Sunni, karena faktanya segala isu tentang dia juga memang fiktif, tapi karena jalur pipanisasi gas Turki sudah disetujui bersama Rusia sekalipun Bulgaria, Ukraina dan Turkmenistan jadi kena getahnya. Tapi bisnis is bisnis kawan.

Begitu juga kalau tiba-tiba pangeran Muhammad Bin Salman melakukan hal yang tidak terbayangkan oleh siapapun dimuka bumi ini yaitu melakukan pertemuan dengan Muqtada Al Sadr, seorang militan Syiah Irak, ya anda juga jangan lantas berasumsi bahwa Bani Saud tiba-tiba bermarja kepada Syaikh Al Azhar Ahmad Thayeb yang jelas menyebut Syiah bagian dari Islam melainkan karena Arab Saudi udah habis-habisan menggebuki Suriah 6 tahun dan enggak dapat bagian apa-apa. Jadi opsi tinggal 2, 1) Ajak Iran perang puputan, atau 2) Mengatakan kepada pers: "Kalian harus menghormati jemaah haji iran, hargailah mereka di tanah suci ini". Dan kemudian di salah satu sesi pertemuan mengatakan: "Kami meminta bantuan anda (Muqtada Al Sadr) dan Irak untuk mendekatkan Arab Saudi dengan Iran".

Harapannya, setelah Iran tidak lagi disebut "Kapir" dan "Penyembah berhala", Muhammad Bin Salman bisa agak lapang telfon-telfonan dengan Hujjatul Islam Hasan Rouhani terkait dengan konsesi gas yang Bani Baud memang ketinggalan jauh dibandingan Iran dan Qatar. Dugaan saya dia akan mengatakan: "Coba dulu oooy, apa yang bisa kita olah ini ? Masak makan siang ini kita ndak ado cukooo...!! "

0 Response to "Bagaimana Memahami Politisi?"

Post a Comment