TNWK dan Kesiapan Eksplorasi Pariwisata Lampung Timur
Monday, August 14, 2017
Add Comment
Destinasi pariwisata sudah seharusnya menjadi suatu tempat yang menyenangkan dan mampu memikat khalayak ramai untuk berbondong-bondong mengunjunginya. Lampung Timur sebagai salah satu kabupaten yang memiliki jumlah destinasi pariwisata yang relatif banyak belakangan ini menjadi sorotan lantaran memang tengah mengeksplorasi sektor pariwisatanya sebagai daya tarik yang profitable.
Namun Pemerintah Lampung Timur sepertinya harus lebih serius lagi menggemplang infrastruktur dan sarana prasarana di setiap lokasi pariwisata. Taman Nasional Way Kambas (TNWK) misalnya, sebagai salah satu ikonik besar di Lampung TNWK atau yang lebih familiar disebut dengan nama Way Kambas itu masih memiliki “kecacatan” di beberapa hal.
Pusat konservasi gajah satu-satunya yang ada di Lampung yang sudah berdiri dari tahun 1985 dan juga sebagai sekolah gajah pertama di Indonesia itu faktanya masih memiliki kualitas pelayanan dan infrastruktur jalan yang kurang baik. Bagaimana tidak, pelayanan di loket masuk TNWK kurang begitu memuaskan lantaran penjaga loket yang terkesan culas dalam melayani pengunjung.
Sikap tersebut sebenarnya sangat jauh dari kata humanis yang diharapkan oleh semua pengunjung yang hendak datang ke TNWK. Hal ini justru bertentangan dengan program Bupati Lampung Timur yang tengah berupaya memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dan bahkan membuka wadah untuk berkomunikasi dengan timnya melalui media whatsapp dan call centre.
Sebagai contoh bentuk kurang baiknya mutu pelayanan penjaga loket adalah memperlama proses masuk pengunjung ke TNWK. Meskipun mereka tetap mengusung prinsip kehati-hatian dalam menyeleksi pengunjung akan tetapi sikap mencurigai secara berlebihan justru akan menimbulkan kesan yang tidak nyaman di diri pengunjung.
Dampak dari ketidaknyamanan pengunjung akan menjadi fatal bagi grafik tingkat kepuasan pengunjung yang dimiliki TNWK, sedangkan tingkat kepuasan pengunjung merupakan tolok ukur mereka dalam meningkatkan mutu dan pelayanan. Tidak menutup kemungkinan mereka yang merasa tidak nyaman akan kapok datang ke TNWK.
Namun Pemerintah Lampung Timur sepertinya harus lebih serius lagi menggemplang infrastruktur dan sarana prasarana di setiap lokasi pariwisata. Taman Nasional Way Kambas (TNWK) misalnya, sebagai salah satu ikonik besar di Lampung TNWK atau yang lebih familiar disebut dengan nama Way Kambas itu masih memiliki “kecacatan” di beberapa hal.
Pusat konservasi gajah satu-satunya yang ada di Lampung yang sudah berdiri dari tahun 1985 dan juga sebagai sekolah gajah pertama di Indonesia itu faktanya masih memiliki kualitas pelayanan dan infrastruktur jalan yang kurang baik. Bagaimana tidak, pelayanan di loket masuk TNWK kurang begitu memuaskan lantaran penjaga loket yang terkesan culas dalam melayani pengunjung.
Sikap tersebut sebenarnya sangat jauh dari kata humanis yang diharapkan oleh semua pengunjung yang hendak datang ke TNWK. Hal ini justru bertentangan dengan program Bupati Lampung Timur yang tengah berupaya memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dan bahkan membuka wadah untuk berkomunikasi dengan timnya melalui media whatsapp dan call centre.
Sebagai contoh bentuk kurang baiknya mutu pelayanan penjaga loket adalah memperlama proses masuk pengunjung ke TNWK. Meskipun mereka tetap mengusung prinsip kehati-hatian dalam menyeleksi pengunjung akan tetapi sikap mencurigai secara berlebihan justru akan menimbulkan kesan yang tidak nyaman di diri pengunjung.
Dampak dari ketidaknyamanan pengunjung akan menjadi fatal bagi grafik tingkat kepuasan pengunjung yang dimiliki TNWK, sedangkan tingkat kepuasan pengunjung merupakan tolok ukur mereka dalam meningkatkan mutu dan pelayanan. Tidak menutup kemungkinan mereka yang merasa tidak nyaman akan kapok datang ke TNWK.
Selain kualitas pelayanan penjaga loket yang kurang ramah, poin minus dari TNWK adalah infrastuktur jalan. Seperti yang kita ketahui bahwa jalan merupakan akses utama yang menghubungkan satu tempat ke tempat lain, apabila infrastuktur jalan buruk maka akan berpengaruh pada estimasi waktu perjalanan yang lebih lama.
Di beberapa titik jalan masuk TNWK setelah melewati gerbang masih di dapati jalan yang kurang bagus. Jalanan panjang menyisir pinggiran hutan Way Kambas untuk menuju TNWK kurang represif bagi kendaraankhususnya sepeda motor, bayangkan ketika melewati jalan yang panjang itu (bagi yang sudah pernah kesana) tiba-tiba ban bocor gegara bebatuan tajam di jalanan. Bagaimana kita bisa mengatasi masalah tersebut?
Hal terakhir yang harus benar-benar di perhatikan dan dibenahi oleh pengelola TNWK adalah fasilitas sarana dan prasarana. Setelah berhadapan dengan penjaga yang culas dan jalanan panjang yang kurang bagus maka pengunjung akan tiba di TNWK, sebuah tindakan yang manusiawi ketika tiba dari perjalanan jauh para pengunjung akan menuju toilet. Akan tetapi, toilet di TNWK faktanya sangat kurang layak dan sama sekali tidak represif gender.
Bagaimana tidak, deretan toilet banyak yang rusak dan hanya menyisakan dua toilet kecil yang gelap dan bau. Tiga poin di atas merupakan celah yang belum ditutup atau diperbaiki oleh pihak pengelola TNWK, mengingat bahwa TNWK merupakan brand wisata konservatif gajah yang sudah dikenal di dunia luar peningkatan fasilitas dan pelayanan harus diutamakan.
Perubahan harus dimulai dari attitude penjaga loket yang selain bertugas menghimpun dana pengunjung, juga seharusnya mampu turut mensosialisasikan konten-konten yang ada di TNWK kepada pengunjung yang hendak masuk.
Penyampaian dan perangai yang menarik mengenai apa saja yang dapat dinikmati di TNWK akan otomatis menghasilkan zat Endorfin yang bersifat adiktif pada diri pengunjung sehingga menciptakan kegandrungan terhadap TNWK itu sendiri. Harapanya adalah mereka bersedia berkunjung kembali dan mengajak lebih banyak lagi sanak famili, saudara, atau yang lainya.
Perbaikan infrastruktur jalan dan pengadaan jasa tambal ban atau call centre khusus penjaga TNWK yang standby menolong pengunjung yang bocor di tengah perjalanan harus diberikan oleh penjaga loket masuk secara langsung. Hal ini merupakan bentuk tindakan antisipatif pengelola TNWK terhadap hal-hal yang tidak diinginkan yang menimpa pengunjung.
Terlebih lagi untuk pembenahan dan rekonstruksi toilet yang rusak juga menjadi domain utama yang sama sekali tidak boleh diabaikan. Mengingat bahwa daerah konservatif khususnya taman nasional selain tempat wisata juga sebagai ladang emas para peneliti baik dalam negara maupun mancanegara dalam mencari dan menggali informasi.
Bayangkan jika ada peneliti mancanegara yang sangat antusias datang ke TNWK untuk meneliti tentang gajah kemudian di lokasi dikejutkan dengan kondisi toilet yang kurang baik, bukankah hal tersebut menjadi sesuatu yang memalukan untuk pengelola TNWK dan Indonesia bisa saja dianggap tidak peduli terhadap taman nasional yang dimiliki.
Maka dari itu, eksplorasi pariwisata harus berbanding lurus dengan pembenahan infrastruktur, fasilitas, sarana dan prasarana yang baik. Jika sudah baik maka kebaikan akan datang dengan sendirinya dan eksplorasi pariwisata akan berjalan baik dengan sendirinya. Tabik.
Penulis : Julianto Nugroho
0 Response to "TNWK dan Kesiapan Eksplorasi Pariwisata Lampung Timur"
Post a Comment