Eskatologi Sosial

Masyarakat merupakan komunitas yang memiliki tujuan, keyakinan serta senantiasa berevolusi. Praktek sosial yang sering dijumpai d idalamnya terjadi oposisi baik-buruk, dan pada saat bersamaan terdapat upaya untuk menyelaraskan kepentingan dengan bentuk kesepakatan individu sosial. Pertanyaan! Apa infrastruktur masyarakat yang harus dibangun untuk dapat mengatasi masalah sosial secara komunal? Pertunjukan dan pengujian bentuk sistem sosial kekinian untuk membangun masyarakat terus dilakukan pada semua sistem. Merekonsiliasi perbedaan karakter individu dengan melihat kondisi yang ada serta dialektika pemikiran untuk membangun pondasi dan tawaran sistem sosial. Jika, diperhatikan dari sekian banyak upaya dan keseriusan untuk menawarkan sistem sosial, semua model sistem sosial ingin meletakkan sistem yang adil tanpa diskriminasi. Baik materialisme, kapitalisme hingga islam memiliki upaya dan peran tersebut.

Dari upaya diatas, perlu kiranya membangun konsensus sosial yang secara paradigmatik mengenai masa depan individu dan sosial. Masa depan, inilah yang disebut eskatologi. Secara sadar harus diketahui oleh semua elemen individu-masyarakat. Tujuan dan cita-cita sebatas material akan berujung pada suatu konsensus kepentingan yang dapat merusak nilai kemanusiaan. Segala bentuk konsensus dalam tujuan materialis merupakan upaya yang berujung pada kontradiksi kepentingan, sehingga konsensus itu sendiri bernilai nihil dan nestapa. Baik – buruk yang faktual dalam sistem kemasyarakatan dengan paradigma materialis akan berakhir pada suatu kesia –siaan tindakan. Apa makna kebaikan dan keburukan pada sosial, dalam materialisme? kebaikan dan keburukan bernilai relatif sesuai kepentingan yang disetujui. Sesuai kepentingan disebut kebaikan begitu sebaliknya, pada ruang dan waktu dalam komunitas sosial yang berhimpun dan berelasi.

Secara kesadaran instingtif ini bertentangan, karena kesadaran bertindak manusia mengharusnya ending/hasil yang disebut pertanggung jawaban. Pertanggung jawaban sebagai konsekuensi tindakan individu pada sosial, menghantarkan manusia pada suatu bentuk kehati-hatian dan keterjagaan dalam berelasi secara sosial. Melihat sistem kapitalisme, sosialisme dengan model tujuan masyarakat yang diorietasikan maka pertanggung jawaban dari setiap tindakan individu-sosial dapat diukur oleh kemenangan pemodal dan modal sosial (tekanan sosial dalam pengadilan). Kemungkinan – kemungkinan itu terlihat misalnya yang korupsi bertrilunan dihukumi tidak sewajarnya dan ketika mati dibebaskan, pembatantai – pembantaian kemanusiaan dihiraukan. Padahal secara objektif, tindakan individu maupun sosial harus dipertanggung jawaban hatta sekecil apapun. Melalui fakta empirik sosial sosial sekarang maka kebutuhan pada suatu paradigma untuk memasukan hari kebangkitan (eskatologi) sebagi teori sosial ialah sebuah tawaran yang mungkin relevan.

Eskatologi ialah suatu tuntunan fitrah akan suatu ending dari tindakan, keyakinan akan sebuah kepastian dari sekelumit tindakan manusia. Bahwa eskatologi bukan makna teologi kaku melainkan teologi pembebasan. Menjawab dilematik manusia, kegelisahan manusia dalam relasi yang kini dan akan datang. Hari kebangkitan merupakan pertanggung jawaban tindakan manusia semasa aktivitas kehidupannya sehingga melahirkan sprit dalam sosial dan membangun suatu hukum tindakan bersama (etika bersama). Sistem sosial tanpa eskatologi , yang ada hanya konsensus palsu dan ketakutan dari agresi kelompok besar. Ketakutan manusia dalam kehidupannya yakni berkaitan disatu sisi kepastian relasi individu semasa hidupnya, disisi lain yang menggoncangkan banyak orang ialah kematian serta hubungan individu hidup dan mati. Sekarang ini mungkin dapat ditolak dan diingkari namun penolakan tersebut tidak menghilangkan bahwa pertanyaan tersebut harus dijawab.

Ketakutan – ketakutan tersebut dijelaskan dalam jawaban eskatologi ialah tindakan individu didunia dapat diperbaharui dengan kebaikan melalui sikap penyesalan, dan tobat namun dalam Barzah tindakan individu tidak mengalami pembaharuan. Melainkan pada sisi ini, terdapat kebutuhan relasi sosial yang hidup dan individu yang mati. Relasi yang terjadi ialah relasi masyarakat untuk mendoakan individu yang mati menambah kebaikannya dalam barzah. Catatan singkat ini membangun optimisme kehidupan invidu sosial semasa hidup dengan sistem masyarakat yang terbangun. Bahwa gerakan sosial individu pada sosial ialah suatu bentuk jawaban kegelisahan dan dilematis terhadap kehidupan. Janganlah engkau berdiam diri disudut mesjid, bukan pula membuat puisi untuk menghibur dirimu melainkan jalan hidup yang haru engkau pilih ialah jihad.

Sehingga dalam kehidupan individu dalam keseharian membutuhkan suatu hukum/moral/syariat untuk menjamin tindakan individu dalam keterjagaan untuk menjaga dirinya dan hubungan diri dengan sosial. Dari hal tersebut, upaya individu harus berorientasi pada membangun sistem sosial secara bersama – sama dalam suatu pandangan moral yang sama untuk menjaga relasi yang terbangun selama bersosial dan memenuhi kebutuhan dari setiap individu maupun sosial. Dengan demikian, kemestian hari kebangkitan akan menghantar manusia untuk suatu pola yang teratur dan membutuhkan suatu pembimbingan untuk mengevolusi diri individu sosial dalam kehati – hatian serta menghantar manusia pada kebutuhan khusus untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas diri individu dalam kerja – kerja sosial. Maka paradigma eskatologi sosial untuk menjawab problem kemanusiaan individu dan sosial serta menghantarkan manusia menuju kebahagiaan, dicapai melalui kebutuhan untuk menghadirkan pembimbing secara tindakan individu sosial. Jika eskatologi dipandang sebuah paradigma sosial maka pembimbing dalam sosial ialah paradigmanya. bahwa disinilah harapan terbangunnya masyarakat dan sistem akan menemukan titik terang.

Penulis: Fadlun Sangaji

0 Response to "Eskatologi Sosial"

Post a Comment