Ukhti Bercadar, I Stand with You!



Selamat pagi ukhti... kabar kalian semua pagi hari ini bagaimana? Baik-baik saja kan? Kuharap matamu pagi ini tidak sembab karena semalam menangis tersedu-sedu atas perlakuan kampus kalian yang melarang mahasiswinya memakai cadar. Sehat selalu ya ukhti. Tidak usah khawatir, aku selalu di sampingmu, hiks.

Tadi malam kamu mengganggu tidurku ukhti. Mak tratap aku mendengar kabar itu melalui pesan seorang kawan di WA. Dia mengirim foto buku Panduan Kode Etik. Kulihat beberapa foto mahasiswi yang dijadikan contoh berpakaian yang baik dan benar. Dan kalian pasti sudah tahu ukhti, foto wanita bercadar seperti kalian mendapat tanda silang, tanda bahwa cara berpakaian model seperti yang biasa kalian pakai dianggap tidak pantas. Status kalian kini sama dengan mahasiswi yang berpakaian seksi bahenol merkom itu ukhti, sama-sama dilarang. Sungguh terlalu.

Kucoba mengonformasi kabar ini kepada kawan-kawanku yang lain. berharap kabar ini hanya hoax. Namun jawaban mereka bikin aku tambah ngilu, ukhti. Ternyata kabar ini bukan kabar burung, kabar ini benar adanya. Kalian benar-benar dilarang menginjakkan kaki di kampus kalian ukhti. Sedih ukhti. Yuk kita nangis bareng. Hiks.

Ukhti, sampai saat ini pun kawan-kawan masih mencari informasi itu ukhti. Apa motif dibalik pelarangan ini? Benarkah kalian dilarang karena radikal? Atau ada alasan yang lain?

Soal motif pertama, ukhti. Kalian dianggap radikal karena pakaian kalian. Ini pernyataan yang bikin begidik. Bagaimana kampus yang notabene dihuni para intelektuil kawakan itu punya pola pikir se-sederhana ini, ukhti. Aku tak habis pikir. Radikal dan tidak radikal hanya dilihat dari cara kalian berpakaian. Sedehana ya? Sepertinya kita tidak perlu sekolah tinggi-tinggi untuk bisa mengkategori radikalisme sedemikian cupet. Ayok kita main gundu di sawah, dan kuberi tahu, bahwa cadar itu sama dengan radikalisme. Nggak usah baca buku yang tebal-tebal itu, nggak usah melakukan inspeksi dan penelaahan mendalam untuk mencari bukti ada oknum yang radikal itu, cukup bilang, “dia bercadar, dia radikal!” enak to? Enak sekali. Kayak makan krupuk di warung kopi sambil nyruput kopi ya, ukhti.

Semoga motif yang pertama itu tidak benar ya, ukhti? Kok bisa radikal tidaknya hanya dilihat dari kesingnya, pakaiannya, cadarnya. Sst... ukhti, bukankah kita selama ini sudah punya komitmen untuk merjaga kebinekaan bangsa. Kita sudah sepakat untuk memesrai (ciye..) ke-aneka ragaman kultur, suku, dan agama di negara ini, ya ukhti? Yang anti kebinekaan namanya apa ukhti? Yang anti dengan keberagaman apa namanya? Itu itu Radikal bukan ya? Eh, nggak usah dijawab deng. Takut ada yang tersungging.

Ukhti, kalian adalah minoritas yang perlu dilindungi pilihannya. Sebagaimana kami juga melindungi minoritas lain. kalian adalah warga negara kami yang perlu mendapat pengakuan di ruang publik. Entah sejak kapan kalian dianggap berbahaya. Kain kecil yang menutupi sebagian muka kalian dianggap mengganggu ketertiban umum. Ada oknum-oknum yang takut dengan kain kalian itu, ukhti. Hambok kalau takut itu jangan sama kain-kain begitu to. Kok cengeng sekali.

Ukhti, ada alasan lain yang bikin kalian merasa minor dan diminorkan. Katanya kain yang kalian pakai itu bikin komunikasi terganggu, sulit dikenal. Yok, ukhti, kita piknik ke kampus lain. Di salah satu kampus di Yogyakarta, mahasiswa difabel masih mendapat tempat untuk ikut belajar di kampus itu. Mahasiswa berkebutuhan khusus yang punya kekurangan fisik ukhti. La wong kalian ini masih waras dan tidak memerlukan kebutuhan khusus kan? kalian masih bisa berlunjak-lunjak ria. Cuma wajah kalian yang  sedikit tertutup kain. itu saja. Masih ingat kasus mahasiswa di kampus swasta yang dibully karena punya kekurangan mental itu ukhti? Ternyata ada mahasiswa difabel di sana! La kok kampus swasta lebih humanis, ya? Mau menerima mahasiswa berkebutuhan khusus. Hiks. Aku syedih.

Ukhti, tetep setrong yak? I stand with you!

Penulis: Tomi Nurrohman

1 Response to "Ukhti Bercadar, I Stand with You!"

  1. Zuppppss, tetap semngaaatt..
    Syukran jazakallah, kader islam...

    ReplyDelete