Menteri Luar Negeri Arab Saudi dan Tendangan Salto
Wednesday, September 13, 2017
Add Comment
Bani Saud tahu bahwa sebuah ladang gas tidak mungkin dibuka sebelum ada kemungkinan bahwa minimal 80% hasil yang didapat dari sana sudah ada pembelinya, dan fakta telanjang di depan mata adalah penguasa ladang gas terbesar di jazirah adalah 2 kelompok yang kini menjadi seterunya: Iran dan Qatar. Ia tahu bahwa Iran dan Qatar akan segera kaya, sementara dia sendiri sekarang kehabisan nafas tanpa dapat bagian apa-apa. Plihannya kini tidak banyak, melanjutkan konflik dan kehabisan logistik di tengah jalan atau memperbaiki hubungan dengan salah satunya. Riyadh tahu bahwa Qatar itu negara kecil yang remeh, itulah kenapa pilihan perdamaian dijatuhkan kepada Iran
Namun demikian sekalipun hubungan Arab Saudi dan Iran perlahan menuju arah yang tampak membaik di level puncak, seperti izin untuk naek haji, (setelah tahun kemarin kena banned - tahun ini Qatar yang kena banned gak boleh naek kaji), dan seruan ulama Saudi untuk menghormati "saudara seagama dari Iran", pada level birokrat yang menukangi hubungan Internasional tampaknya agak sulit untuk mengkalibrasi urusan ini.
Dugaan saya, kendati pihak internal Arab Saudi ingin melakukan pendekatan dengan Iran, mereka juga agak kewalahan dengan tekanan Internasional USA yang keberatan dengan ide Soft Diplomacy dan tetap ingin mengeliminasi Iran dari pentas politik dunia karena ancaman Iran yang terlalu telanjang atas Tel Aviv. Sebuah entitas keras kepala yang setiap jumat selalu meneriakkan kehancuran bagi Israel bukan sample ideal jenis sahabat yang ingin didekati Amerika.
Amerika menjawab kecenderungan Bani Saud yang ingin mendekat dengan Iran itu dengan mengizinkan tuntutan kepada Riyadh atas tragedi 11 September. Diperparah dengan jejaring kepentingan Qatar--yang memang sedang saling tinju dengan Saudi--segera menangkap isu tersebut dengan memberikan pemberitaan tentang adanya support kepada pelaku 9/11 baik support logistik atau bantuan "Dry Run" kepada tersangka pembajakan Mohammed al-Qudhaeein dan Hamdan al-Shalawi, yang menyamar sebagai pelajar di Amerika, "to fly from Phoenix to Washington in a rehearsal for the conspiracy ". Aljazeera bahkan dengan sadis mengatakan bahwa mereka itu adalah " the Kingdom's network of agents in the US" ..tega..tega...tega
Itulah kenapa Menlu Arab Saudi Adel al-Jubeir di London akhirnya kehabisan opsi kecuali mengalihkan peluru tajam kembali ke Teheran dengan mengatakan: "Saya tidak melihat adanya keseriusan Iran dalam dialog. Para Pemimpin Al Qaeda di Iran telah memberikan instruksi-instruksi serangan anti SaudI. Iran mengacaukan stabilitas kawasan melalui Hizbullah dan serangan-serangan teror. Teheran harus menghentikan teror dan campur tangan jika ingin memperbaiki hubungannya dengan Saudi.”. Press Conference yang segera disambut Juru bicara Kemlu Iran Behram Qassemi dengan jutek: "Saya kira dia menderita narsisme berulang, dan bisa jadi dia menyebut nama Iran di luar kesadarannya.”
Adel Juberi tidak tolol, ia tau bahwa masyarakat Internasional tau bahwa ia Diplomat tukang tipu saat menyebut Al Qaeda di remote dari Iran, tapi setidaknya, dengan Press Conference di sebuah pusat bankir dan kapitalis mengendalikan dunia, ia ingin mengatakan bahwa Bani Saud masih bani saud yang dulu, yang tidak akan terlalu dekat dengan Iran, Ia akan selalu mendahului kepentingan Tel Aviv.
Para bankir itu toh juga tahu bahwa sebelumnya telah ada kunjungan rahasia langsung Mohammad Bin Salman ke Tel Aviv pekan lalu -sebagaimana diceritakan langsung Menteri Komunikasi Israel Ayoob Kara- dan mencapai " sebuah persetujuan pada level yang belum pernah tercapai sebelumnya dalam sejarah Israel".
Yang tidak dikatakan mereka adalah Bani Saud sebetulnya menegaskan diri berada dalam situasi rumit.
Posisi Bani Saud saat ini seperti seorang dari Hijaz yang sedang terlibat hubungan Asmara dengan seorang Persia yang sudah punya pacar orang Libanon galak. Wali dia adalah pamannya yang keturunan Amerika, sementara ia sendiri mengadopsi anak angkat dengan kelakuan minor yang saat ini terlibat konflik dengan pacarnya yang orang persia, berantem dengan pacar sang pacar yang dari Libanon dan ribut dengan sahabat pacarnya dari Suriah. Ketika kelakuan si anak di komplain orang, dia hanya bisa datang ke orang tua kandungnya sendiri di Tel Aviv secara rahasia dan bilang "Semua akan baik-baik saja".
Kalo menurut Valentino Simanjuntak, apa yang dilakukan Arab Saudi itu dapat disebut sebagai "DRIBLING PARIPURNA"...
Penulis: Khairun Fajri Arief
Namun demikian sekalipun hubungan Arab Saudi dan Iran perlahan menuju arah yang tampak membaik di level puncak, seperti izin untuk naek haji, (setelah tahun kemarin kena banned - tahun ini Qatar yang kena banned gak boleh naek kaji), dan seruan ulama Saudi untuk menghormati "saudara seagama dari Iran", pada level birokrat yang menukangi hubungan Internasional tampaknya agak sulit untuk mengkalibrasi urusan ini.
Dugaan saya, kendati pihak internal Arab Saudi ingin melakukan pendekatan dengan Iran, mereka juga agak kewalahan dengan tekanan Internasional USA yang keberatan dengan ide Soft Diplomacy dan tetap ingin mengeliminasi Iran dari pentas politik dunia karena ancaman Iran yang terlalu telanjang atas Tel Aviv. Sebuah entitas keras kepala yang setiap jumat selalu meneriakkan kehancuran bagi Israel bukan sample ideal jenis sahabat yang ingin didekati Amerika.
Amerika menjawab kecenderungan Bani Saud yang ingin mendekat dengan Iran itu dengan mengizinkan tuntutan kepada Riyadh atas tragedi 11 September. Diperparah dengan jejaring kepentingan Qatar--yang memang sedang saling tinju dengan Saudi--segera menangkap isu tersebut dengan memberikan pemberitaan tentang adanya support kepada pelaku 9/11 baik support logistik atau bantuan "Dry Run" kepada tersangka pembajakan Mohammed al-Qudhaeein dan Hamdan al-Shalawi, yang menyamar sebagai pelajar di Amerika, "to fly from Phoenix to Washington in a rehearsal for the conspiracy ". Aljazeera bahkan dengan sadis mengatakan bahwa mereka itu adalah " the Kingdom's network of agents in the US" ..tega..tega...tega
Itulah kenapa Menlu Arab Saudi Adel al-Jubeir di London akhirnya kehabisan opsi kecuali mengalihkan peluru tajam kembali ke Teheran dengan mengatakan: "Saya tidak melihat adanya keseriusan Iran dalam dialog. Para Pemimpin Al Qaeda di Iran telah memberikan instruksi-instruksi serangan anti SaudI. Iran mengacaukan stabilitas kawasan melalui Hizbullah dan serangan-serangan teror. Teheran harus menghentikan teror dan campur tangan jika ingin memperbaiki hubungannya dengan Saudi.”. Press Conference yang segera disambut Juru bicara Kemlu Iran Behram Qassemi dengan jutek: "Saya kira dia menderita narsisme berulang, dan bisa jadi dia menyebut nama Iran di luar kesadarannya.”
Adel Juberi tidak tolol, ia tau bahwa masyarakat Internasional tau bahwa ia Diplomat tukang tipu saat menyebut Al Qaeda di remote dari Iran, tapi setidaknya, dengan Press Conference di sebuah pusat bankir dan kapitalis mengendalikan dunia, ia ingin mengatakan bahwa Bani Saud masih bani saud yang dulu, yang tidak akan terlalu dekat dengan Iran, Ia akan selalu mendahului kepentingan Tel Aviv.
Para bankir itu toh juga tahu bahwa sebelumnya telah ada kunjungan rahasia langsung Mohammad Bin Salman ke Tel Aviv pekan lalu -sebagaimana diceritakan langsung Menteri Komunikasi Israel Ayoob Kara- dan mencapai " sebuah persetujuan pada level yang belum pernah tercapai sebelumnya dalam sejarah Israel".
Yang tidak dikatakan mereka adalah Bani Saud sebetulnya menegaskan diri berada dalam situasi rumit.
Posisi Bani Saud saat ini seperti seorang dari Hijaz yang sedang terlibat hubungan Asmara dengan seorang Persia yang sudah punya pacar orang Libanon galak. Wali dia adalah pamannya yang keturunan Amerika, sementara ia sendiri mengadopsi anak angkat dengan kelakuan minor yang saat ini terlibat konflik dengan pacarnya yang orang persia, berantem dengan pacar sang pacar yang dari Libanon dan ribut dengan sahabat pacarnya dari Suriah. Ketika kelakuan si anak di komplain orang, dia hanya bisa datang ke orang tua kandungnya sendiri di Tel Aviv secara rahasia dan bilang "Semua akan baik-baik saja".
Kalo menurut Valentino Simanjuntak, apa yang dilakukan Arab Saudi itu dapat disebut sebagai "DRIBLING PARIPURNA"...
Penulis: Khairun Fajri Arief
0 Response to "Menteri Luar Negeri Arab Saudi dan Tendangan Salto"
Post a Comment