Menunggang Hoax

"Maka kenanglah 20 Mei Hari Kebangkitan Nasional sebagai Hari Kebangkitan Mahasiswa Indonesia. Maka songsonglah! Turun dan penuhilah jalanan pada tanggal 22 Mei 2017. Ingatlah sejarah saat mahasiswa menjadi pengontrol kebijakan pemerintah. Mari menggugat, tebarkan teror bagi mereka yg jahat. Kita hadirkan parlemen jalanan, sebab, perlawanan adalah cara mendidik penguasa yang aniaya,"

Aksioma diatas merupakan sebaran yang menjadi viral di berbagai media sosial pada 22 Mei lalu karena mengatasnamakan BEM SI. Seruan tersebut tak lain berisikan sebuah ultimatum yang mengajak seluruh mahasiswa untuk mengikuti aksi (yang katanya) sebagai upaya penggulingan pemerintahan Jokowi-Jk. Namun setelah ditelisik kembali, aksi tersebut dapat dikatakan “Hoax” karena koordinator BEM SI tidak membenarkan aksi 22 Mei tersebut sebagai upaya penggulingan pemerintahan melainkan untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional.

Wacana diatas adalah salah satu dari puluhan hingga ratusan berita hoax yang semakin mudah menyebar di kalangan masyarakat. Perkembangan teknologi informasi yang pesat tentunya memudahkan tersebarnya informasi dari tangan ke tangan hanya dalam hitungan menit saja. Sayangnya, beberapa dampak positif teknologi rupanya tak sebanding dengan dampak negatif yang dihasilkannya. Inilah yang menyebabkan hoax (berita palsu) sangat mudah ditemukan di berbagai situs. Hal ini tak pelak menimbulkan kontradiksi yang mengkhawatirkan. Terlebih, pengguna sosial media yang semakin hari semakin meningkat jumlahnya. Tidak hanya remaja dan dewasa, anak-anak pun turut menyemplung ke dalam dunia tanpa batas tersebut.

Penyebar hoax biasanya mengincar remaja serta kaum intelektual yang memiliki mindset yang kritis terhadap suatu permasalahan dan kebijakan untuk memancingnya menuju opini yang negatif. Inilah yang menyebabkan maraknya perdebatan berkepanjangan di sosial media bahkan hingga ke dunia nyata yang akan memecah belah kesatuan dan persatuan bangsa.

Hidup di era serba digital memaksa kita untuk dapat mencermati setiap hal secara bijak serta memandangnya tidak hanya dalam satu sisi saja. Jadilah pembaca yang tidak pasif ataupun mudah terpengaruh terhadap informasi yang belum jelas tingkat akuratnya. Jangan sampai manusia diperbudak oleh teknologi yang semestinya dijadikan sebagai salah satu alat untuk mempermudah kehidupan. Terlebih perpecahan bangsa yang berawal dari penyebaran hoax yang tak tahu siapa dalangnya. ‘teliti sebelum membeli’ mungkin benar adanya, jadilah pengendali bukan pihak yang dikendalikan.

Oleh karena itu, dengan menjadi pembaca yang cerdas, kita tidak akan mudah dipengaruhi ataupun dipecah oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab karena sebuah bangsa yang maju bukan hanya bangsa yang dilimpahi kekayaan yang tiada tandingannya, melainkan sebuah bangsa yang memiliki persatuan yang erat sehingga tak mudah dipecah belah baik dari pihak dalam maupun serangan dari luar.

Penulis: Bunga Puspita

0 Response to "Menunggang Hoax"

Post a Comment