Abdullah Bin Hudzafah
Tuesday, October 3, 2017
Add Comment
Namanya Abdullah bin Hudzafah bin Qais bin Adi bin Sa’id bin Sahm bin
Amru bin Hashish bin Ka’b bin Luay al-Qurasyi al-Sahmi. Adapun Ibunya keturunan
dari al-harits bin Abdu Manat.
Beliau adalah sahabat yang termasuk telah lama masuk Islam, Abdullah
juga salah seorang shahabat yang ikut hijrah pada putaran ke-dua ke negeri
Habasyah bersama saudaranya Qais bin Hudzafah. Abu Said
Al-Khudri berkata bahwa Abdullah ikut menyaksikan juga pertempuran perang
badar.
Abdullah pernah diminta Rasulullah untuk mengirimkan surat ke Kisra Raja Persia yang
menyerunya agar masuk ke dalam Islam. Ketika sampai di tangan Kisra
disobeklah surat yang baru diberikan melalui tangan Abdullah tersebut. Setelah
Abdullah melaporkan hal itu, Rasulullah n pun
berdoa:”Semoga Allah merobek (menghancurkan) kerajaannya.” selang beberapa
lama. Raja Kisra pun
dibunuh oleh anaknya sendiri.
Kita mungkin akan kagum dan terheran-heran dengan keteguhan Abdullah bin
Hudzafah menghadapi kematian. Kecintaannya kepada syahid di jalan Allah
melebihi siksaan yang diberikan kepadanya ketika beliau ditawan oleh Kaisar
Rum.
Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Katsir dan yang lainnya ketika Umar ibn
Al-Khattab a mengirim pasukannya untuk
melawan Rum, seorang di antara pasukan tersebut seorang pemuda yaitu shahabat
yang bernama Abdullah bin Hudzhafah a. Maka
berlangsunglah peperangan itu berkecamuk dengan dahsyatnya antara kaum muslimin
dan pasukan Rum.
Peperangan yang amat sengit ini menimbulkan kaisar penguasa Rum saat itu
pun merasa takjub dengan keberanian, keteguhan kaum muslimin yang selalu siap
menghadapi kematian. Sehingga ia pun meminta kepada anak buahnya untuk
menghadirkan di hadapannya beberapa tawanan yang salah satu di antara mereka
terdapat Abdullah bin Hudzhafah a.
Diseretlah dihadapan kaisar seorang Abdullah bin Hudzhafah a dengan
keadaan tangan diborgol dan kakinya dirantai. Kemudian ketika diberdirikan di
hadapan kaisar, diajak bicaralah Abdullah bin Hudzhafah a oleh
sang Kaisar, bertambah takjublah sang kaisar dengan mendengar jawaban seorang
cerdik cendikia Abdullah bin Hudzhafah a.
Berkata kaisar kepada Abdullah bin Hudzhafah a: ”Masuklah
engkau ke dalam agama nasrani! Engkau akan kubebaskan...”
Abdullah pun menjawab dengan tegas: ”tidak !!...”
Dengan pertanyaan yang sama sang kaisar menjanjikan sesuatu yang berbeda
kepada Abdullah: ”Masuklah engkau ke dalam agama nasrani! Akan kuberikan
separuh dari kerajaanku!”
Maka dijawab Abdullah bin Hudzhafah: ”tidak !!...”
Kaisar pun menambahkan: ”Masuklah engkau ke dalam agama nasrani! Akan
kuberikan separuh kerajaanku dan engkau akan aku sertakan dalam pemerintahan
juga kekuasaanku..!!”
”Sungguh demi Allah, seandainya engkau memberikan seluruh kerajaanmu, kerajaan
bapakmu, juga kerajaan bangsa arab dan bangsa non-arab kemudian aku diminta
untuk keluar dari dien yang hanif ini.. takkan ku lakukan !!..” tegas Abdullah.
Maka murkalah sang kaisar: ”Maka aku kan membunuhmu !!..”
Abdullah: ”Bunuhlah Aku !!”
Mendengar jawaban Abdullah, kaisar pun memerintahkan pengawalnya untuk
memasung dan mengikatnya pada tiang salib. kemudian disiapkan kepadanya para
pemanah. Hingga meluncurlah satu persatu anak-anak panah, namun tak satu pun
tidak mengenainya. Di saat itu kaisar terus menawarkan agar Abdullah memeluk
agama nasrani, tapi Abdullah walau seakan kematiannya sudah diujung tanduk ia
terus menjawab dengan nada penolakan yang sama.
Ketika kaisar merasa belum melihat perubahan dari penolakan Abdullah, maka
ia pun meminta para pengawal untuk memenjarakan Abdullah dalam sebuah ruangan.
Selama di dalam penjara Abdullah tidak diberi makanan dan air minum. Hingga
ketika dilihat oleh kaisar sepertinya Abdullah sudah merasa kelaparan dan
kehausan yang sangat. Kaisar pun meminta pengawal untuk memasukkan makanan
berupa daging babi dan minuman khamr ke dalam penjara Abdullah.
Setelah dilihatnya oleh Abdullah bin Hudzafah makanan dan minuman tersebut,
maka ia pun berkata: ” Demi Allah... Ya Rabbi, Sesungguhnya aku tahu bahwa
sekarang aku dalam keadaan mudhthar (darurat), yang dalam
Islam saat ini aku dihalalkan untuk memakan makanan dan meminum minuman
tersebut, akan tetapi aku tidak menginginkan orang-orang kafir bergembira.”
Maka tak sedikitpun daging babi dan khamr itu disentuhnya. Kemudian melihat
hal yang demikian, kaisar pun meminta pengawal memasukkan ke dalam penjara
makanan yang baik ditambah seorang wanita muda yang cantik jelita dimake-up
sebegitu indah.
Setelah masuk dalam ruangan itu, wanita muda yang cantik jelita ini pun
menawarkan dirinya untuk dinikmatinya, dengan rayuan-rayuan yang sangat
menggoda serta bernyanyi dengan nyanyian asmara terus ia tujukan kepada
Abdullah bin Hudzafah agar mau bercumbu dengannya.
Walau demikian godaan yang diberikan, ternyata keimanan Abdullah bin
Hudzafah mampu memenangkan hawa nafsunya sehingga tak sedikitpun Abdullah
bin Hudzafah melirik sang wanita cantik jelita itu.
Merasa kesal tak mampu merayu Abdullah, wanita ini pun keluar dengan penuh
marah dan tanda tanya hingga ia pun berkata kepada Kaisar Rum: ”Demi Allah,
Sungguh engkau telah memasukkanku ke dalam tempat lelaki di mana aku tak
tahu apakah penghuninya dia seorang manusia ataukah dia sebuah batu, dan dengan
ketidakmampuanku merayu dirinya sungguh aku pun menjadi bertambah tidak tahu
apakah aku ini seorang wanita ataukah laki-laki”
Kaisar Rum pun tidak berhenti begitu saja, ia memerintahkan pengawalnya
untuk menyiapkan tungku api yang diatasnya terpasang wajan besar. Kemudian
mulailah dipanasakan minyak pada wajan besar tersebut. Ketika minyak telah
mendidih dipanggillah Abdullah bin Hudzafah a dan
tawanan yang lainnya. Lantas, dipersaksikanlah pertunjukan melempar tawanan
lainnya kedalam penggorengan itu kepada Abdullah. Terlihat manusia matang
diatas wajan bak seperti makanan yang matang atau gosong setelah digoreng.
Setelah memperlihatkan hal tersebut kepada Abdullah, kaisar pun kemudian
menawarkan kepada Abdullah: ”Engkau hendak masuk agama nasrani atau nasibmu
sama dengan mereka yang digoreng itu !!?...”.
Namun begitulah sosok Abdullah bin Hudzafah yang tetap teguh dalam
pendiriannya untuk tidak berkata kekafiran. Kaisar pun dibuat marah karenanya,
sehingga meminta para pengawalnya untuk melemparkannya ke dalam wajan berisi
minyak panas itu.
Ketika telah sampai di hadapan wajan itu dan terasa semilir panas asap yang
keluar dari penggorengan menangislah Abdullah bin Hudzafah a, menderailah
air matanya dengan deras. Hal tersebut pun menjadikan gembira Kaisar, karena
berarti masih ada kesempatan mengajak Abdullah masuk ke dalam agamanya.
”Wahai Abdullah, sudahlah masuk saja engkau ke dalam agama nasrani akan ku
bebaskan engkau dari siksaan..!!” tegas Kaisar.
”tidak!” Jawab Abdullah dengan singkat .
Kaisar pun penasaran dengan tangis Abdullah: ”Lantas mengapa engkau
menangis..!”
Maka Abdullah pun sambil berderai air mata menjawab: ”Engkau menganggap aku
menangis karena hendak menuruti kemauanmu, padahal tidaklah aku menangis
melainkan karena diri ini hanya memiliki satu nyawa. Padahal aku lebih suka
jika aku memiliki nyawa sebanyak rambut kepala yang ku miliki ini kemudian
dengan nyawa itu aku berjuang di jalan Allah, dan sebanyak nyawa itu pula
engkau membunuhku di jalan Allah ini.”
Merindinglah dan terheran-heran sang kaisar mendengar perkataan seorang
ksatria itu, sehingga ia pun bermaksud hendak membebaskannya, ia lantas
mengatakan kepada Abdullah: ”Ciumlah kepalaku[1]..engkau
kan kubebaskan”
Abdullah menjawab: ”Dengan seluruh tawanan yang ada di sini?”
Kemudian kaisar pun mengiyakannya, dan Abdullah pun mencium kening sang
kaisar dan dibebaskanlah ia bersama para tawanan yang ada sebanyak 80 orang.
Dalam sebuah riwayat, ketika Abdullah menghadap Umar bin al-Khattab a dan
menceritakan tentang kejadian tersebut, maka sang khalifah pun meminta para
tawanan yang bebas karenanya untuk mencium kepala Abdullah bin Hudzafah.
Subhanallah, di mana pengorbanan kita untuk dien ini
sebagaimana shahabat Rasulullah Abdullah bin hudzafah, ia tidak menginginkan
kematian melainkan dalam keadaan Islam... Semoga Allah meridhoimu wahai
Abdullah bin Hudzafah
0 Response to "Abdullah Bin Hudzafah"
Post a Comment